Cerita Pensiunan Yang Terlilit Utang Riba

Ini cerita bagus yang patut dijadikan pelajaran terkhusus bagi yang punya utang RIBA.

 

Sebelum take-off, saya dapat share-an video, lalu saya tonton sejenak di ruang tunggu terminal tiga Soeta. Sambil saya memanggil teman safar, saya katakan, “Pak ini nasihat yang bagus buat njenengan sebagai PNS. Jangan sampai seperti ini, nyesalnya kemudian.”

 

Apa isi videonya?

Ada cerita seorang kakek usia 60 tahun, saat ini hanya bisa menikmati gaji pensiunnya 395 ribu rupiah dari total 3.904.200 rupiah. Beliau adalah mantan guru yang bergolongan 4B. Sudah jelas kan gajinya lumayan besar.

Setiap bulannya ia harus mencicil 3,5 juta rupiah selama 5 tahun.

Utang awalnya 80 juta rupiah. Berarti untuk 60 bulan tersebut ia harus melunasi hingga 210 juta rupiah.

Lihatlah 80 juta rupiah berkembang menjadi 210 juta rupiah.

Ketika ditanya, apa masih mau berutang seperti itu lagi. Jawabnya, “Sudah, ini tak mau terulang lagi.”

Bagaimana tidak kapok karena cuma 395 ribu rupiah saja di masa tua yang bisa ia nikmati setiap bulannya dari gaji pensiunnya.

Bayangkan dengan uang segitu, hidupnya bagaimana?

Sungguh masa tua yang sengsara. Sengsara lantaran UTANG RIBA.

 

Dari kisah tersebut beberapa pelajaran bisa dihadirkan RumayshoCom berikut ini.

 

PELAJARAN #1

Pelajaran yang bisa kita ambil, sebagian yang hidup berutang dan utangnya adalah utang riba, hanya sengsara yang ia dapatkan di waktu tua. Itu cuma karena menginginkan kesenangan yang datang segera.

Senangnya sekarang …

Itu benar, namun tidak ada yang memikirkan bahwa utang riba hanya membawa sengsara di waktu kemudian karena terus memikirkan cicilan.

 

PELAJARAN #2

Pelajaran lainnya, kita harus banyak berlindung pada Allah dari dua hal mengingat kasus ini.

 

1- Berlindung dari utang riba.

ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM.

Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan lilitan utang.

 

2- Berlindung dari keadaan jelek di waktu tua.

ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MINAL JUBNI, WA A’UUDZU BIKA AN URODDA ILAA ARDZALIL ‘UMUR, WA A’UUDZU BIKA MIN FITNATID DUN-YAA, WA A’UUDZU BIKA MIN ‘ADZAABIL QOBRI.

Artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari sifat lemah dalam melakukan ibadah, aku meminta perlindungan kepada- Mu dari keadaan tua yang jelek, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari godaan syahwat dunia (sehingga lalai dari kewajiban, pen.), dan aku meminta perlindungan pada-Mu dari siksa kubur.

 

PELAJARAN #3

Satu solusi lagi yang paling penting, ini bahkan solusi paling ampuh yaitu ubahlah gaya hidup, jangan cuma ingin ikut-ikutan gaya orang. Kadang yang jadi prioritas kita adalah pemenuhan KEINGINAN, BUKAN KEBUTUHAN. Teman punya hape baru, kita pun yang kere ingin ikut-ikutan. Tetangga punya mobil baru, kita juga ingin paksa seperti mereka.  KUNCINYA untuk mengatasi hal itu adalah pada sifat QANA’AH. Karena dengan qana’ah-lah yang akan membuat orang tidak terus saingan dengan tetangga dan teman kantornya. Qana’ah inilah rasa cukup, tak pernah protes pada ketentuan Allah pada orang lain. Tanpa memiliki qana’ah, akan membuat kita selalu cemburu pada nikmat orang lain dan ingin menyainginya.

Jangan lupa amalkan doa ketiga ini, agar diberi sifat qana’ah.

ALLOOHUMMA INNII AS-ALUKAL HUDAA WAT TUQOO WAL ‘AFAAFA WAL GHINAA

Artinya: Ya Allah, aku meminta kepada-Mu petunjuk (dalam ilmu dan amal), ketakwaan, sifat ‘afaf (menjaga diri dari hal yang haram), dan sifat ghina’ (hati yang selalu merasa cukup atau qana’ah).

Semoga Allah menjauhkan kita semua dari kesengsaraan karena riba. Moga Allah karuniakan kita pula kehidupan yang baik di masa tua serta diberikan sifat qana’ah.

Doa-doa di atas terangkum dalam buku terbaru yang masih dalam proses izin ISBN lalu cetak dengan judul “50 DOA MENGATASI PROBLEM HIDUP” karya Ustadz M Abduh Tuasikal. Mau pre order, silakan hubungi Penerbit Rumaysho & Toko Online RuwaifiCom 085200171222.

 

Tentang Administrator Mahad

Cek Juga

KOK BERAT..?

Bulan ramadhan adalah bulan yang dilipat-gandakan amal.. Namun sebagian orang merasa berat untuk melaksanakan amal …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *