Beliau dalah Abdullah bin Salam radhiyallahu’anhu, seorang tokoh yahudi yang memeluk Islam. Memulai lembaran hidup yang baru, memperbaiki kesalahan, berusaha mendekat kepada Allah Azza wa Jalla melaui jalan ilmu dan amal.
Beliau berusaha meminum air dari telaga ilmu dari sumbernya langung tanpa perantara. Sehingga beliau menjadi seorang imam yang berilmu, bahkan meraih gelar terindah dan tertinggi, beliau termasuk sahabat yang dipersaksikan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sebagai calon penghuni surga.
Masuk Islam
Abdullah bin Salam radhiyallahu’anhu menyatakan diri menjadi muslim tatkala Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam hijrah ke kota Madinah. Beliau berkisah,
“Tatkala Rasulullah shallallahu’alaihiw asallam tiba di Madinah, manusia berjejalan menemui beliau dan saya termasuk diantara mereka. Setelah saya mengamati Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, saya langsung mengetahui melalui sinar wajahnya yang menunjukkan beliau bukan seorang pendusta. Ucapan pertama kali yang aku dengar langsung dari lisan Rasulullah shallallahu’alaihi wasllam kala itu beliau mengucapkan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
‘Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makanan (sedekah), sambunglah tali silaturrahmi, shalatlah di malam hari tatkala manusia terlelap tidur maka kalian akan masuk surga dengan selamat.’ (HR.Ibnu Majah no.1334. Hadis shahih dalam Al-Irwa 3:239)
Inilah bukti, bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kebaikan, ketenangan dan keselamatan. Islam bukan agama yang mengajarkan pembunuhan, kekerasan, teror, pemberontakan dan pertumpahan darah sebagaimana yang digambarkan oleh orang –orang yang phobia terhadap Islam.
Andai saja mereka mengatahui tentang keindahan Islam tentu mereka akan bertaubat dan akan masuk ke dalam agama Islam secara berbondong-bondong.
Ana bin Malik radhiyallahu’anhu meceritakan,
“Tatkala Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam datang ke kota Madinah, Abdullah bin Salam tengah berada di kebun kurmanya, lalu ia menemui Rasulullah shallallahu’alaihiw asallam. Lalu berkata,
“Aku hendak bertanya dengan beberapa pertanyaan yang tidak ada satupun yeng mengetahui jawabannya kecuali seorang Nabi. Jika engkau mampu menjawabnya, pasti aku akan beriman kepadamu.”
Sahabat Anas melanjutkan,
“Lalu ia menanyakan pertanyaan pertama, tentang kemiripan seorang anak dengan orang tuanya, bagaimana itu bisa terjadi?; kedua, tentang apa yang pertama kali akan dibangkitkan; dan ketiga, makanan apa yan pertama kali akan dimakan penduduk surga. Maka Rasulullah shallallahu’alaihiw wasallam menjawab,
“Baru saja Jibril memberitahukan kepadaku jawabannya.”
Abdullah bin Salam menimpali, “Jibril adalah musuhnya orang-orang Yahudi.”
Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menguraikan jawabannya,
“Adapun perihal kemiripan itu, apabila mani suami lebih dahulu keluar dari mani istrinya maka (anak) akan mirip ayahnya. Dan apabila mani istri lebih dahulu keluar dari mani suami maka akan mirip ibunya. Sedangkan sesuatu yang akan dibangkitkan pertama kali adalah api yang akan muncul dari arah masyriq (timur) dan manusia akan dibangkitkan ke arah maghrib (barat). Adapun makanan yang pertama kali dimakan oleh penduduk surga adalah kepala api dan hati ikan paus.“
Anas radhiyallahu’anhu melanjutkan,
“Kemudian Abdullah bin Salam beriman dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah Azza waJalla, lalu mengatakan, ‘Wahai rasulullah sesungguhnya orang-orang Yahudi adalah kaum pendusta. Jika mereka mengetahui keislamanku tentu mereka akan mendustakannku dan akan mengata-ngataiku maka sembunyikanlah aku dan kumpulkanlah mereka dan tanyaka kepada mereka tentang diriku.’
Lalu orang-orang Yahudi dikumpulkan. Nabi shallalahu’alaihi wasallam bertanya,
”Apa pendapat kalian tentang Abdullah bin Salam?”
Mereka menjawab,
‘Dia adalah pemimpin kami, anak dari pemimpin kami, seorang alim diantara kami dan anak dari orang alim kami, orang terbaik diantara kami dan anak dari orang terbaik diantara kami.’
Lantas Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam melanjutkan,
‘Apa pendapat kalian jika seandainya ia telah masuk Islam, apakah kalian juga akan masuk Islam?
Mereka menjawab, ‘Dia berlindung kepada Allah. Dia tiak mungkin melakukan hal itu.’
Nabi shallallahu’alaihi wasallam memerintahkan,
‘Sekarang keluarlah Abdullah bin Salam!!’
Maka keluarlah Abdullah bin Salam menemui mereka seraya menyatakan, ‘Aku bersaksi tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.’
Mereka lalu mengatakan, ‘Dia adalah sejelek-jelek orang dinatara kami dan anak dari orang terjelek diantara kami. Dia adalah orang paling bodoh diantara kami dan anak dari orang bodoh diantara kami.’
Abdullah bin Salam berkata, ‘Wahai Rasulullah, bukankah tadi telah saya katakan bahwa mereka itu pendusta.’” (lihat Shahih Ibnu Hibban, 16:442. Hadis shahih. Lihat Shahih Mawarid Dham’an, 1908)
Keutamaan Abdullah bin Salam
Adapun tentang keutamaan beliau maka sangatlah banyak diantaranya:
Pertama, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah mempersaksikan beliau sebagai penduduk surga.
Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Tidaklah aku mendegar Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengatakan kepada seorangpun yang masih hidup bahwa ia adalah penghuni surga kecuali kepada Abdullah bin Salam.” (HR. Bukhari no. 3601)
Bila Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam telah merekomendasikan Abdullah bin Salam adalah penghuni surga maka kitapun mempersaksikannya juga bahwa beliau benar-benar calon penduduk surga.
Ada seorang laki-laki berkata, “Aku pernah duduk di sebuah halqah (perkumpulan) ilmu di salah satu masjid di Madinah. Di dalamnya terdapat seorang tua yang sangat indah penampilannya, dialah Abdullah bin Salam. Beliau sangat aktif menyampaikan ucapan-ucapan yang baik. Setelah beliau beranjak maka orang-orang pun mengatakan, ‘Barangsiapa yang ingin melihat seorang laki-laki penduduk surga maka lihatlah laki-laki ini.’” (HR. Muslim no. 2484)
Kedua, beliau diantara orang yang mendapatkan ilmu yang banyak dari Rasulullah shallallau’alaihi wasallam.
Tatkala Mu’azd bin Jabal radhiyallahu’anhu di penghujung usianya, Yazid Ibnu Umairah duduk di sisi Mu’adz lalu menangis. Mu’adz mengatakan, “Apa yang membuatmu menangis?”
Ia menjawab, “ Saya menangis karena saya telah terluputkan dari ilmu.”
Jawab Mu’adz, “Sesungguhnya ilmu itu tetap ada dan tidak pergi. Cari dan tuntutlah ilmu itu kepada empat orang. Mereka adalah Abu Darda’, Salman Al-Farisi, Abdullah Ibnu Mas’ud dan Abdullah bin Salam yang kepadanya dahulu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pernah mengatakan, ‘Abdullah bin Salam akan bersama-sama para penduduk surga.’”
Ketiga, beliau mendapatkan dua pahala dan kebaikan.
Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam pernah bersabda,
“Ada tiga golongan yang mendapatkan dua pahala; pertama, seorang ahlul kitab yang beriman kepada Nabi yang telah diutus kepadanya dan juga beriman kepada nabi Muhammad –maka Abdullah bin Salam adalah orang yang paling utama untuk masuk ke dalam hadis ini- ; kedua, seorang budak yang melaksanakan kewajibannya kepada Allah Azza wa Jalla dan kewajiban kepada manjikannya; ketiga, seorang laki-laki yang memiliki budak wanita lalu ia mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan mengajarinya dengan pengajaran yang baik lalu memerdekakannya dan menikahinya maka baginya dua pahala.” (HR. Bukhari no 97)
Keempat, diantara keutamaan beliau karena sebab beliau, Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat Al-Qur’an yang akan senantiasa di baca hingga hari kiamat.
Auf bin Malik radhiyallahu’anhu berkata,
“Pada suatu hari, Nabi shallallahu’alaihi wasallam pergi bersamaku, hingga kami sampai pada sebuah tempat ibadah milik orang Yahudi pada hari Id (perayaan) mereka. Mereka sangat benci melihat kedatangan kami. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berkata kepada mereka,
‘Wahai sekalian orang-orang Yahudi, tunjukkan kepadaku 12 orang Yahudi yang mau bersaksi bahwa tiada sesembahan yangberhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, niscaya Allah akan menghapuskan kemurkaanNya yang telah murka kepada setiap orang yahudi dibawah kolong langit ini.’
Namun mereka hanya terdiam tidak ada satupun yang menjawabnya. Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengulanginya kembali, mereka tetap diam. Dan Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengulanginya ketiga kali, tetap mereka tak mau menjawab.
Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengatakan,
‘Kalian enggan, demi Allah, akulah Al-Hasyir, akulah Al-Aqib, akulah Nabi Al-Musthafa (Nabi yang dipilih) baik kalian beriman atau kalian mendustakan.’
Lalu Nabi shallallahu’alaihi wasallam beranjak dan akupun mengikuti beliau hingga tatkala kami hendak meninggalkan mereka, tiba-tiba ada seorang laki-laki dibelakang kami menyeru, ‘Seperti yang engkau inginkan , wahai Muhammad.’ lalu iapun mendatanginya.
Laki-laki tadi berkata, ‘Wahai orang-orang Yahudi, apa yang akan kalian katakan tentang aku menurut pendapat kalian?’
Mereka menjawab, ‘Tidaklah kami mengenalmu kecuali engkaulah orang yang paling mengetahui tentang kitabullah, dan yang paling memahaminya, bahkan tidak ada seorangpun yang menandingimu sebelum ayahmu bahkan sebelum kakekmu.’
Lali-laki itu berkata, ‘Ketahuilah, sesungguhnya aku bersaksi bahwa dia (Muhammad) adalah seorang Nabi Allah yang kalian jumpai di dalam kitab Taurat.’
Mereka membantah, ‘Tidak, kamu telah berdusta.’ Lalu mereka menolak ucapannya tersebut bahkan menjelek-jelekannya.
Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengatakan,
‘Sesungguhnya kalian telah berdusta, ucapan kalian tidak diterima. Bukankah kalian tadi memuji-mujinya dengan menyebut kebaikan-kebaikan yang telah kalian pujikan. Lalu setelah ia beriman, kalian mendustaknnya dan kalian mengucapkan kalimat-kaliat jelek yang kalian ucapkan, sungguh ucapan kalian tidak diterima.’
Maka kami keluar bertiga, yaitu Rasulullah, saya dan Abdullah bin Salam. Lalu Allah menurunkan ayat Al-Qur’an yang selalu dibaca hingga hari kiamat, yaitu ayat Allah ta’ala,
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ مِثْلِهِ فَآمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al Quran itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil (yaitu Abdullah bin Salam) mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al Quran lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.(QS. Al-Ahqaf: 10)
Demikianlah perjalan sahabat yang mulia Abdullah bin Salam radhiyallahu’anhu yang telah menemukan kebenaran cahaya Islam. Semoga Allah meridhai beliau dan mengumpulkan kita bersama beliau di surga Allah Subahanahu wa Ta’ala.