Khutbah Jumat: Gubernur yang Bengis

Adakah contoh gubernur yang bengis dan bagaimanakah cara menyikapinya dari sikap para ulama?

 

Khutbah Pertama

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ

اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

 

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Segala puji kita panjatkan pada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah anugerahkan pada kita sekalian. Allah masih memberikan kita nikmat sehat, umur panjang. Juga lebih dari itu, kita masih diberikan nikmat iman dan Islam.

Atas nikmat tersebut marilah kita bersyukur, wujud syukur kita adalah dengan meningkatkan ketakwaan kita pada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat dan istri-istri beliau yang tercinta serta pada setiap pengikut beliau yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman. Siapa yang bershalawat pada Nabi sekali, maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak sepuluh kali, maksudnya akan diberikan rahmat atau ampunan-Nya.

Dalam hadits disebutkan,

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408)

 

Para jama’ah rahimani wa rahimakumullah …

Sekarang ada model pemimpin yang sombong, angkuh dan tidak bisa menjaga mulutnya. Di masa silam juga ada pemimpin seperti itu pula. Namun bedanya, pemimpin yang dibicarakan di masa silam adalah seorang gubernur yang hafizh Al-Qur’an. Akan tetapi, ia punya sisi jelek terkenal dengan kekejiannya.

Ia adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi, salah seorang gubernur di daerah Baghdad di bawah pemerintahan Khalifah Bani Umayyah, ‘Abdul Malik bin Marwan. Ia dibesarkan di keluarga yang terhormat dari kalangan Bani Tsaqif. Ayahnya adalah seorang yang taat dan berilmu. Sebagian besar waktu sang ayah dihabiskan di kampungnya, Thaif, mengajarkan anak-anaknya Alquran. Dengan didikan sang ayah, Hajjaj pun berhasil menghafalkan Al-Qur’an secara sempurna, 30 juz. Sampai-sampai ada ulama yang menyanjung Hajjaj.

Abu Amr bin Ala’ mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih fasih (dalam berbahasa) seperti Hasan al-Bashri kemudian Hajjaj.”

Walau punya sisi baik, Hajjaj lebih dikenal sebagai seorang pemimpin dan gubernur yang bengis dan keji.

Kebengisan dari Al-Hajjaj bin Yusuf dimulai saat ia diangkat memimpin pasukan perang dari Abdul Malik bin Marwan untuk melawatn Abdullah bin Zubair. Setelah itu, Al-Hajjaj bin Yusuf diangkat menjadi Gubernur Irak.

Hajjaj pernah berperang dengan ‘Abdurrahman bin Al-Asy’ats dan akibatnya menewaskan ribuan orang.

Ada lagi yang disebutkan dalam sunan Tirmidzi, Hisyam bin Hassan berkata, “Mereka menghitung jumlah manusia yang dibunuh oleh Al-Hajjaj secara zhalim (dibunuh dengan cara tidak diberi makan dan minum), jumlahnya mencapai sebanyak 120.000 orang manusia.” (HR. Tirmidzi, no. 2220; Ahmad, 2: 26. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Namun meski kejam seperti itu, ada sisi baik dari Hajjaj seperti yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir.

Ibnu Katsir berkata, “Diriwayatkan kepada kami dari beliau bahwa beliau meninggalkan hal-hal yang memabukkan, banyak membaca Al Qur’an, menjauhi larangan-larangan, dan tidak dikenali sebagai orang yang pernah terjerumus perzinaan (perselingkuhan), walaupun dia terlalu berani dalam hal menumpahkan darah.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 9: 153)

Di antara jasa-jasa Hajjaj yang paling besar lagi adalah keseriusannya dalam memberi titik dan harakat pada huruf-huruf Alquran.

Inilah yang menunjukkan bahwa seorang pemimpin muslim, sejelek-jeleknya dia, tetap masih ada sisi baik. Jadi jangan menganggap bahwa pemimpin muslim mutlak jeleknya, seperti penilaian sebagian kita. Sebagian kita menganggap bahwa pemimpin muslim itu lebih koruptor dibanding pemimpin non-muslim.

Lalu bagaimanakah sikap para sahabat dan ulama terhadap kekejian Hajjaj? Apakah mereka ingin membunuh gubernur semacam itu atau melakukan pemberontakan padanya?

عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِىٍّ قَالَ أَتَيْنَا أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَلْقَى مِنَ الْحَجَّاجِ فَقَالَ « اصْبِرُوا ، فَإِنَّهُ لاَ يَأْتِى عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلاَّ الَّذِى بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ » . سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صلى الله عليه وسلم

Dari Az Zubair bin ‘Adiy, ia berkata, “Kami pernah mendatangi Anas bin Malik. Kami mengadukan tentang (kekejaman) Al Hajjaj pada beliau.

Anas pun mengatakan, “Sabarlah, karena tidaklah datang suatu zaman melainkan keadaan setelahnya lebih jelek dari sebelumnya sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian. Aku mendengar wasiat ini dari Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari, no. 7068)

Lihatlah sikap kita pada pemimpin zalim seperti Al-Hajjaj malah diperintahkan untuk taat, bukan memberontak atau membunuhnya. Yang diperintahkan adalah BERSABAR. Karena kalau pun Hajjaj itu lengser karena ada yang memberontak atau pun terbunuh, belum tentu kita bisa mendapatkan pemimpin yang baik setelah itu.

Lebih-lebih lagi selama pemimpin kita itu muslim dan memperhatikan shalat, wajib ditaati.

Dari ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ « لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendo’akan kalian dan kalian pun mendo’akan mereka. Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” Kemudian ada yang berkata, ”Wahai Rasulullah, tidakkah kita menentang mereka dengan pedang?”   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya  dan janganlah melepas ketaatan kepadanya.”  (HR. Muslim, no. 1855)

Janganlah seperti orang Jahiliyyah, yang tidak mau punya pemimpin.

Dalam hadits disebutkan,

مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

Barangsiapa yang tidak suka sesuatu pada pemimpinnya, bersabarlah. Barangsiapa yang keluar dari ketaatan pada pemimpin barang sejengkal, maka ia mati dalam keadaan mati jahiliyah.” (HR. Bukhari, no. 7053; Muslim no. 1849)

 

Lalu tugas kita menghadapi pemimpin yang kita tidak sukai, bagaimana?

Bersabar dan mendo’akan kebaikan untuk pemimpin kita.

Fudhail bin ‘Iyadh pernah berkata,

لَوْ أَنَّ لِي دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً مَا صَيَّرْتُهَا اِلاَّ فِي الاِمَامِ

“Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.”

Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu?”

Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.” (Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8: 77)

Jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah.

Demikian khutbah pertama ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

 

Khutbah Kedua

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Yang bisa disimpulkan dari khutbah pertama tadi, walau kita punya pemimpin yang tidak kita sukai karena bengis dan kejam, tetap wajib taat, lalu bersabar dan tetap mendoakan kebaikan untuk mereka.

Namun ingatlah pemimpin itu sebenarnya cerminan dari rakyatnya.

Para ulama berkata,

كَمَا تَكُوْنُوْنَ يُوَلَّى عَلَيْكُمْ

“Bagaimanapun keadaan kalian (rakyat), maka begitulah keadaan pemimpin kalian.”

 

Artinya, kalau rakyat itu sukanya berbohong, pemimpin kita pun demikian adanya. Kalau rakyat sukanya mencuri dan korupsi, pemimpin kita demikian pula. Sekali lagi, pemimpin itu cerminan dari rakyatnya.

 

Mudah-mudahan kita sebagai rakyat bisa terus introspeksi diri, sehingga bisa mendapatkan pemimpin yang baik pula.

Di akhir khutbah ini … Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat.

 

Pengertian yang paling bagus mengenai shalawat sebagaimana yang dikatakan oleh Abul ‘Aliyah rahimahullah sebagaimana disebut dalam Shahih Al-Bukhari,

صَلاَةُ اللَّهِ ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ الْمَلاَئِكَةِ ، وَصَلاَةُ الْمَلاَئِكَةِ الدُّعَاءُ

“Shalawat dari Allah maksudnya adalah pujian Allah pada Nabi di sisi para malaikat. Shalawat dari malaikat maksudnya adalah do’a.”

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَلَيْنَا

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam.”

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Naskah Khutbah Jum’at di Masjid Jenderal Sudirman Panggang, Gunungkidul, Jum’at Pahing, 18 Safar 1438 H (18 November 2016)

Silakan download naskah khutbah dalam bentuk PDF:

Tentang Administrator Mahad

Cek Juga

KOK BERAT..?

Bulan ramadhan adalah bulan yang dilipat-gandakan amal.. Namun sebagian orang merasa berat untuk melaksanakan amal …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *