Ustadz Aan Chandra Thalib, حفظه الله تعالى
Syaikh Ali Mustafa Tanthawi -rahimahullah- menuturkan:
“Di awal usiaku, aku hidup bersama kedua orang tuaku, saat itu aku mengira bahwa aku takkan sanggup berpisah dan menjalani hidup tanpa mereka. Lalu keduanyapun meninggal dunia.
Kemudian aku hidup bersama saudara-saudaraku, aku krmbali mengira bahwa aku takkan sanggup berpisah dengan mereka. Merekapun menikah, semua membentuk keluarga dan pergi menjalani hidup masing-masing.
Begitu juga aku.
Akupun menikah dan dikaruniai putra dan putri. (Kembali) aku menyangka bahwa aku takkan sanggup berpisah dengan mereka. Lalu semuanya menikah, membentuk keluarga dan pergimenjalani hidup masing-masing.
Maka akupun mengerti bahwa takkan ada yang tersisa (menemani perjalanan hidup) seseorang kecuali Tuhannya.
Maka semua hubungan akan terputus kecuali hubunganmu dengan Rabb semesta alam, seluruh hubungan akan terputus kecuali hubunganmu dengan Rabb semesta alam, semua hubungan akan terputus kecuali hubunganmu dengan Rabb semesta alam”
Teks Arabnya:
عشت في بداية عمري مع والدَايَّ , وكنتُ أظن أنني لا أستطيع مفارقتهم ولا العيش دونهم (فتوفي والداي )
فعشت مع إخوتي , وظننت أنني لا أستطيع مفارقتهم ( فتزوجوا وعاش كل منهم مع أسرته ) .
وأنا كذلك تزوجتُ وأنجبت البنات والأبناء وظننت أنني لا أستطيع مفارقتهم ( فتزوجوا وكل منهم كون أسرة وذهب إلى سبيله ) .
فعلمت أنه لا يبقى مع الإنسان إلا (( ربّه )) .
فكل الصّلات قد تنقطع إلا صِلَتك برب العالمين , فكل الصّلات قد تنقطع إلا صِلَتك برب العالمين , فكل الصّلات قد تنقطع إلا صِلَتك برب العالمين