‌KไSAH MξИGAGЦMKAИ
TENTANG MENUNDUKKAN PANDANGAN

��Ada seorang hamba yang shalih bernama Sulaimân bin Yasâr rahimahullâhu, beliau sedang berpergian meninggalkan negerinya  (untuk menunaikan haji) ditemani oleh seorang sahabatnya.
☀ Suatu ketika, sahabat beliau pergi ke pasar untuk membeli persediaan makanan (untuk bekal perjalanan mereka) sedangkan Sulaimân sedang duduk menunggu di suatu tempat.
�� Sulaimân bin Yasâr ini adalah seorang yang memiliki wajah paling tampan dan memikat, namun paling berhati² dari segala perkara  yang diharamkan Allâh.
�� Tiba² ada seorang wanita dusun dari pegunungan melihatnya. Tatkala dia memperhatikan betapa tampan dan gantengnya Sulaimân, ia pun terpesona padanya.
�� Wanita tersebut memakai burqo’ (sejenis cadar yang menutupi seluruh wajah) lalu ia mendekati Sulaimân dan berdiri diantara kedua tangannya kemudian ia membuka burqo’nya dan menampakkan wajahnya yang cantik seperti bulan purnama di tengah malam.
�� Wanita tersebut berkata : “serahkan (dirimu) padaku!”
��Sulaimân segera menundukkan pandangannya dari wanita cantik tersebut! Ia mengira bahwa wanita tersebut adalah wanita yang yang fakir dan kekurangan serta menginginkan makanan.
�� Sulaimân lalu berdiri dan memberikan padanya sejumlah makanan yang masih ada padanya.
�� Ketika melihat hal ini, wanita tersebut berkata pada Sulaimân : “Saya tidak menginginkan makanan tersebut! Yang saya inginkan adalah perbuatan seorang suami terhadap isterinya.!!
❗Dengan serta merta air muka Sulaimân berubah, dia marah dan menghardik wanita tersebut, sembari  mengatakan, “Sungguh, Iblis telah memperalatmu!!”
▪Lalu Sulaimân menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan membenamkan kepalanya diantara lututnya.
◾Wanita tersebut segera menutup wajahnya dengan burqo’, lalu ia pergi, pulang ke rumahnya.
��Tak lama kemudian, kawan Sulaimân datang setelah membeli makanan untuk mereka.
�� Tatkala dia melihat Sulaimân yang matanya bengkak lantaran menangis hebat dan suara tangisnya berhenti, dia lalu bertanya : “Kenapa kamu menangis??”
�� Sulaimân menjawab, “Tidak ada apa², saya hanya teringat anak²ku yang masih kecil.”
�� Sang kawan menukas, “Tidak! Sesungguhnya ada kejadian lain (yang menyebabkanmu menangis). Masa sedihmu karena anak²mu sudah berlalu semenjak 3 harian yang lalu.”
��Kawan Sulaimân terus mendesak sampai Sulaimân akhirnya menceritakan kejadian yang terjadi dengan wanita tadi.
��Tiba-tiba, sang kawan tadi meletakkan dirinya di atas alas makan dan dia menangis dengan tersedu².
�� Sulaimân lalu bertanya padanya, “Kamu sendiri, kenapa menangis?”
�� Kawannya tersebut mengatakan, “Karena saya yang lebih berhak untuk menangis daripada dirimu.”
�� Sulaimân bertanya kembali, “kenapa bisa begitu?”
�� Kawannya menjawab, “Karena sesungguhnya saya takut jika saya yang berada di posisimu, maka saya tidak dapat menahan diri darinya!!”
��Maka kedua²nya pun menangis kembali.

�� Pada saat Sulaimân tiba di Makkah dan selesai melakukan thawaf dan sa’i, dia lalu mendatangi sebuah batu dan menjadikan pakaiannya sebagai alas. �� Dia merasa ngantuk dan tertidur sebentar. Di dalam mimpinya ia melihat seorang yang tampan rupawan lagi gagah. Pria tersebut memiliki paras yang bagus dan harum yang wangi.
�� Sulaimân berkata padanya, “Siapakah gerangan dirimu? semoga Allah merahmatimu.”
�� Pria dalam mimpi itu menjawab, “Saya Yusuf, Nabi yang benar, putera Ya’qub.”
�� Sulaimân lalu berkata, “Sesungguhnya, kisah tentang dirimu dan isteri al-Aziz benar² sangat mengagumkan.”
�� Yusuf ‘alaihis Salam berkata kepadanya, “Bahkan, kejadianmu dengan wanita dusun tsb adalah lebih mengagumkan lagi.”

�� Hilyah Auliyâ’  karya Abu Nu’aim (II/191)
✏ @abinyasalma

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *