Ada sebuah riwayat dalam permasalahan ini, yakni haditsAbu Hurairah radhiyallahu anhu. Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ أُتِيَ بِمُخَنَّثٍ قَدْ خَضَّبَ يَدَيْهِ وَرِجْلَيْهِ بِالْحِنَّاءِ  فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:«مَا بَالُ هَذَا؟» فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، يَتَشَبَّهُ بِالنِّسَاءِ، فَأَمَرَبِهِ فَنُفِيَ إِلَى النَّقِيعِ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلَا نَقْتُلُهُ؟فَقَالَ: إِنِّي نُهِيتُ عَنْ قَتْلِ الْمُصَلِّينَ
“Bahwasanya nabi shallallahu alaihi wa sallam kedatangan seorangbanci dan dia telah mewarnai kedua tangan dan kakinya dengan inai. Maka nabishallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Kenapa dia seperti ini?” Makadikatakan: “Wahai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dia sedang menyerupaipara wanita. Maka beliau memerintahkan agar dia diasingkan ke Naqi’ (pinggiranmadinah). Maka mereka berkata: “Wahai Rasulullah, tidakkah kita bunuh saja dia?”.Maka beliau menjawa: “Aku dilarang untuk membunuh orang-orang yang shalat” (HR.Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani)

 

Sehingga memakai inai adalah perbuatan yang meniru-nirukaum wanita. Sedangkan meniru-niru kaum wanita, hukumnya adalah haram danRasulullah melarang keras bahkan melaknat para pelakunya. Ibnu Abbasradhiyallahu anhu berkata:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ المُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ، وَالمُتَشَبِّهَاتِ مِنَالنِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat paralelaki yang meniru kaum wanita. Dan beliau melaknat para wanita yang menirupara lelaki” (HR. Bukhari)
Sehingga memakai inai adalah haram bagi lelaki secaramutlak kecuali untuk pengobatan. Dan ini adalah pendapat yang dinyatakan olehIbnu Hajar Al-Asqalani Asy-Syafi’i. Beliau rahimahullah berkata:
وَأَمَّا خَضْبُ الْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِفَلَا يَجُوزُ لِلرِّجَالِ إِلَّا فِي التَّدَاوِي
“Dan adapun memakai inai di kedua tangan dan kedua kaki,maka tidak boleh bagi lelaki kecuali dalam pengobatan” (10/355)
Begitupula juga haram memakai inai di tangan bagi lelakiketika ingin di acara walimahan. Adapun hadits Abdurrahman bin Auf yangterdapat inai di tangannya ketika habis menikahi seorang wanita Anshar, makaAbdurrahman bin Auf tidaklah memakai ini tersebut. Namun itu hanyalah bekasdari istrinya.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik:
أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ،جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِهِ أَثَرُ صُفْرَةٍ،فَسَأَلَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُتَزَوَّجَ امْرَأَةً مِنَ الأَنْصَارِ
“BahwasanyaAbdurrahman bin Auf datang kepada nabi shallallahu alaihi wa sallam dan padatangannya terdapat bekas warna kuning-kuning. Maka Rasulullah shallallahualaihi wa sallam menanyakannya. Maka Abdurrahman mengabarkan beliau bahwasanyaAbdurrahman telah menikahi seorang wanita dari kalangan Anshar” (HR. Bukhari)
Maka ini adalahbukan dalil akan kebolehan seorang lelaki memakai inai ketika walimahan, karenabekas warna kuning yang ada di tangan Abdurrahman bin Auf adalah bekas dari inaiistri beliau sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam An-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shohih Muslim.

Semoga yangsedikit ini bermanfaat. Wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *