Sebuah gerakan berupa tarikan pada kedua ujung bibir yang sederhana namun bermakna. Aktivitas ini dapat menggambarkan kebahagiaan pelakunya dan menularkan keceriaan pada orang yang memandangnya. Siapa sangka jika pekerjaan sederhana ini berpengaruh banyak pada suasana hati seseorang.

Senyum memiliki pengaruh yang besar dalam menghisap kemarahan, meneguhkan keraguan, dan mencerahkan kebimbangan. Bahkan pengaruh yang sama tak dapat diberikan oleh hal lain (selain senyuman). Dan inilah perbuatan yang bernilai sedekah, tanpa seseorang perlu untuk bersusah payah.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

Senyummu dihadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu” (HR.Tirmidzi-Shahih).

Selain itu terdapat pula sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

 “Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik, meskipun (perbuatan baik itu) dengan cara engkau menjumpai saudaramu (sesama muslim) dengan wajah ceria.” (HR.Muslim).

Terdapat sebuah kisah tentang Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengajarkan kepada kita untuk berlapang dada. Kisah ini terjadi pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan dan ada seorang badui yang mengejar beliau lantas menarik baju Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga membekaslah pada leher beliau akibat tarikan tersebut.

Hal penting apakah yang ingin disampaikan oleh si badui ini hingga bersikap demikian? Apa yang sebenarnya diinginkan oleh badui ini? Coba kita simak apa yang badui ini ingin sampaikan.

Badui berkata “Hai Muhammad! Berilah aku sedikit dari harta Allah yang ada padamu”.

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh padanya dan tertawa, kemudian beliau memerintahkan agar dia (badui tersebut) diberi sesuatu. (HR. Al-Bukhari).

Perhatikanlah wahai saudariku, badui tersebut tidak memanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan panggilan yang layak dan penghormatan, ia memanggilnya dengan ‘Hai Muhammad!’, selain itu kata-katanya untuk meminta pun juga jauh dari kesopanan. Namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tersinggung dengan ulah seperti itu dan beliau menanggapi sikapnya dengan keceriaan.

Apa untungnya ketika badui tersebut disikapi dengan bentakan dan usiran? Akankah bekas tarikan di leher Rasulullah akan hilang? Akankah memperbaiki sikap badui tersebut? Sama sekali tidak!

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan dalam setiap amal kebajikan. Sikap beliau berlapang dada dan berjiwa kepahlawanan. Oleh karena itu, seorang yang berjiwa pahlawan adalah orang yang mampu mengendalikan perasaannya dan tersenyum dalam kondisi yang tertuntut untuk tersenyum, walaupun terasa berat sekalipun.

Seorang muslim yang kuat bukanlah yang hebat pukulannya dan ahli memenangkan pergulatan. Namun dia adalah orang yang mampu mengendalikan emosinya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

 “Bukanlah orang yang kuat adalah yang banyak menang bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika marah”. (HR.Bukhari).

****

Referensi:

Nikmatilah Hidup Anda. Dr.Muhammad bin Abdurrahman Al Arifi. 2008. Surabaya: Pustaka Yassir, dengan sedikit perubahan.

 

Penyusun: Labiqotul Fatiya S.

Murojaah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *