Belajar dan menuntut ilmu itu susah. Ya, memang susah. Tapi karena cintanya kepada ilmu, sang murid tak memikirkan susahnya belajar. Karena susah hanyalah sementara, namun surga itu kekal. Allah telah memudahkan jalan menuju surga bagi siapa saja yang menuntut ilmu agama Allah.
Walau dia sibuk, walau dia disibukkan dengan banyak pekerjaan, namun kesehariannya adalah mempelajari Al-Quran dan hadits. Dia yakin, semakin banyak dia belajar, semakin panjang pula jalan yang Allah permudah baginya menuju surga. Karena, dia tahu jalan menuju surga Allah itu panjang.
Pun, begitu yang dirasakan oleh sang guru, yaitu “susah”. Mengajar bukanlah hal sepele dan kecil. Tapi itu adalah amanat dari Allah dan RasulNya, “Sampaikanlah dariku walau satu ayat”. Di situ, dia rela menghabiskan waktunya. Di situ dia rela tidak bersantai-santai. Dan di situ pula dia rela menghabiskan duitnya. Ya, tak ayal pula dia berani untuk mengorbankan kesehatannya.
Bukan tujuan nya untuk menjadi orang sibuk sampai tak bisa bersantai-santai. Dan bukan pula tujuannya menjadi orang miskin sampai rela menghabiskan duit. Serta bukan pula tujuannya menjadi orang yang sakit sampai rela mengorbankan kesehatan.
Tujuannya adalah bagaimana murid itu bahagia dan tersenyum ketika belajar. Sehingga mereka paham apa yang Allah katakan dan apa yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sampaikan. Ya, hanya itu tujuannya, agar mereka paham Al-Quran dan Hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Semua itu dilakoninya karena cintanya untuk sang murid. Walau jarak memisahkan mereka. Dia kan tetap berdoa untuk selalu bisa berjumpa, untuk bisa berpelukan hangat. Dalam sujud, dia lirihkan nama murid yang ia bimbing. Di sana, ia menangis ketika menyebut nama itu. Karena dia menyebutnya di hadapan Rabb Sang Pencipta, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
“Ya Allah, engkau tahu apa yang telah dia korbankan untuk memahami firman-firmanMu. Tolong jaga dia, karena engkau adalah sebaik-baik penjaga. Dan tabahkanlah dia, karena dia hanya ingin berjalan untuk berjumpa denganMu. Serta sayangilah dia, karena dia hanya berburu kasih sayangMu”. Dia berbisik ke bumi agar terdengar oleh Pemilik langit.
Sudahlah, menulis semua ini hanya akan menjadikan kedua mata berkaca-kaca. Menggoreskan pena pun sudah tak mampu. Bercerita pun, seakan sulit tuk bersuara. Karena semakin panjang menulis dan bercerita, semakin besar pula rindu yang telah terpupuk di hati.
Satu kalimat yang menjadi penutup doanya, “Ya Allah tolong rahmati mereka semua. Karena mereka adalah hamba-hambaMu yang telah rindu tuk berjumpa denganMu”.
Karena guru cinta murid dan murid cinta ilmu.
Wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)