Berikut ini adalah nasehat bagi kaum muslimin yang hendak berkunjung ke kota Madinah, sebaik-baik tempat untuk dikunjungi, kota hijrah dan nushrah, kota Nabi shallallahu’alaihi wasallam serta kota para sahabat mulia Muhajirin dan Anshar.
1. Madinah, kota paling mulia setelah Mekkah.
Sepantasnya bagi setiap muslim mengetahui hak-haknya, menghormatinya, menjaga kemuliaannya, kesuciannya dan beradab dengan sebaik-baik adab. Karena Allah subhanahu wata’ala mengancam orang yang menodai kesucian kota ini dengan adzab yang pedih.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
المدينة حرم، فمن أحدث فيها حدثًا أو آوى محدِثًا فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين، لا يقبل الله منه يوم القيامة صرفًا ولا عدلاً
“Madinah adalah tanah suci. Barangsiapa yang melakukan bid’ah dan perbuatan dosa di dalamnya atau melindungi pelakunya maka baginya laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Kelak di hari kiamat, Allah tidak akan menerima dari nya amalan wajib ataupun sunnah” (HR. Bukhari no. 1867 dan Muslim no. 1370)
Barangsiapa yang berbuat dosa di kota Madinah atau melindungi pelakunya, membawanya dan memberi penjagaan kepadanya maka sungguh dia telah meceburkan diri ke dalam adzab yang pedih.
Dan dosa terbesar adalah menodai kesucian kota Madinah dengan menyiaarkan amalan-amalan bid’ah dan perkara baru dalam agama, mengeruhkan kota ini dengan khurafat, penyimpangan, mengotori buminya yang suci dengan menyebarkan artikel-artikel bid’ah, buku-buku kesyirikan dan semua bentuk penyelisihan terhadap syariat Islam dengan berbagai bentuk kemungkaran dan perkara haram. Orang yang berbuat bid’ah dan orang yang melindungi pelakunya akan menanggung dosa yang sama.
Sungguh sangat ironi, disaat kaum muslimin berusaha menjaga kesucian dua kota ini kemudian segelintir orang datang mencemarinya dengan perbuatan yang memalukan. Tak terkecuali hal ini dilakukan oleh sebagian jama’ah haji Indonesia yang kedapatan membawa sarana kesyirikan seperti rajah, jimat atau sarana kemaksiatan seperti obat kuat dan yang lainnya. Tidakkah ia ingat bahwa haji adalah salah satu rukun Islam, Madinah dan Mekkah adalah dua kota suci yang sepantasnya dimuliakan dan diagungkan?
2. Berkunjung ke Masjid Nabawi hukumnya sunnah bukan wajib, tidak terkait dengan ibadah haji bukan pula penyempurna ibadah ibadah haji.
Hadis-hadis yang mengaitkan ziyaroh kubur Nabi shallallahu’alaihi wasallam dengan haji, semuanya hadis palsu dan dusta.
Barangsiapa yang melakukan safar ke kota Madinah dengan maksud berkunjung ke Masjid Nabawi, shalat di dalamnya maka amalannya tersebut benar dan patut disyukuri.
Sebaliknya orang yang melakukan safar ke Madinah dengan maksud berziarah kubur, meminta pertolongan (isti’anah) kepada orang mati di dalam kubur maka tujuannya tersebut rusak dan tercela.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
لا تُشَدّ الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد: المسجد الحرام، ومسجدي هذا، والمسجد الأقصى
“Janganlah bersusah payah melakukan perjalanan kecuali pada tiga masjid: Masjidil Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari no. 1189 dan Muslim no. 1397)
Dari Jabir radhiyallahu’anhuma dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
إن خير ما رُكبت إليه الرواحل مسجدي هذا والبيت العتي
“Sebaik-baik tempat yang dituju oleh seseorang yang melakukan perjalanan adalah masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Baitul Atiq (Masjidil Haram).” (HR. Ahmad, 3/350. Dinilai shahih oleh Al Albani dalam Assilsilab Ashshahihah no.1648
3. Pahala shalat di Masjid Nabawi akan dilipatgandakan.
Baik itu shalat sunnah ataupun shalat fardhu menurut pendapat yang benar diantara dua pendapat ulama. Sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
صلاة في مسجدي هذا أفضل من ألف صلاة فيما سواها إلا المسجد الحرام
“Shalat di masjidku ini lebih utama 1000 kali shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram.” (HR. Bukhari no. 1190 dan Muslim no. 1394
Ada pengecualian lainnya, bahwa shalat sunnah yang di lakukan di rumah lebih baik daripada shalat di masjid, meskipun pahala shalat di masjid tersebut dilipat gandakan. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
فإن أفضل الصلاة صلاة المرء في بيته إلا المكتوبة
“Sebaik-baik shalat adalah shalat yang dilakuk seseorang di dalam rumahnya kecuali shalat fardhu.”(HR. Bukhari no. 731 dan Muslim no. 781)
4. Tidak boleh mencari berkah dengan bagian apapun dari bangunan Masjid Nabawi. Seperti tiang-tiang, tembok, pintu-pintu, mihrab, mimbar dengan mengusap atau menciumnya. Begitupula tidak boleh mencari berkah dengan hujrah Nabawiyyah (rumah Nabi) dengan menyentuh, mengusap, menciumnya atau mengusapkan pakaian ke tembok hujrah atau melakukan thawaf (mengelilinginya). Barangsiapa melakukan satu diantara perkara tersebut wajib baginya untuk bertaubat dan tidak mengulanginya.
5. Disyariatkan bagi pengunjung Masjid Nabawi melakukan shalat sunnah dua raka’at atau lebih di Raudhah, tempat yang mulia. Berdasarkan hadis Nabi shallallahu’alaihi wasallam
ما بين بيتي ومنبري روضة من رياض الجنة، ومنبري على حوضي
“Antara rumahku dengan mimbar adalah Raudhah, taman diantara taman surga. Dan mimbarku berada diatas telagaku.” (HR. Bukhari no. 1196 d Muslim no. 1391)
Dari Yazid bin Abi Ubaid berkata,”Aku datang bersama Salamah bin Al Akwa’ kemudian beliau shalat di samping tiang yang ada mushaf yaitu Raudhah Asy Syarifah. Akupun bertanya, ‘Wahai Abu Muslim aku melihatmu lebih suka shalat di samping tiap ini.’
Jawab beliau, “Sungguh aku melihat Nabi shallallahu’alaihi wasallam lebih memilih shalat disisi tiang ini.” (HR.Bukhari no. 502 dan Muslim no. 509)
Perlu diperhatikan, meskipun dianjurkan bersemangat melakukan shalat di Raudhah namun tidak diperkenankan bagi seseorang menyakiti orang lain (untuk sampai ke Raudhah) atau mendorong orang-orang lemah atah melangkahi pundak-pundak orang lain.
6. Disyariatkan bagi pengunjung kota Madinah untuk menyempatkan diri berziarah ke masjid Quba dan shalat di dalamnya.
Hal ini dilakukan dalam rangka meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan agar memperoleh pahala umrah
.
Dari Sahl bin Hanif berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
من خرج حتى يأتي هذا المسجد ـ يعني: مسجد قباء ـ فيصلي فيه كان كعدل عمرة
“Barangsiapa yang keluar hingga sampai di masjid ini yaitu masjid Quba’ kemudian shalat di dalamnya maka pahalanya setara dengan pahala umrah.” (HR. Ahmad, 3/487, An Nasai no. 699 dan dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahihut Targhib no.1180, 1181)
Diriwayatkan Ibnu Majah,
من تطهّر في بيته ثم أتى مسجد قباء فصلى فيه صلاة كان له أجر عمرة
“Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian mendatangi masjid Quba’serta shalat didalamnya maka baginya pahala umrah.” (HR. Ibnu Majah no. 1412)
Dalam Shahihain disebutkan,
أن رسول الله كان يأتي مسجد قباء كل سبت ماشيًا وراكبًا فيصلي فيه ركعتين
“Bahwa Rasulullah mendatangi masjid Quba’ setiap hari sabtu dengan berjalan kaki dan (terkadang) menaiki kendaraan kemudian beliau shalat dua raka’at.” (HR. Bukhari no. 1191 dan Muslim no. 1399)
7. Tidak disyariatkan berkunjung ke masjid lain di kota Madinah selain dua masjid ini yaitu Masjid Nabawi dan masjid Quba’.
Begitupa pula tidak diperbolehkan napak tilas tempat-tempat atau masjid lain yang pernah digunakan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam untuk shalat atau yang pernah digunakan para sahabat, dengan tujuan ibadah seperti berdoa, shalat dan yang lainnya. Karena perbuatan ini tidak ada dalilnya baik dari Al-Qur’an, sjnnah dan perbuatan para sahabat radhiyallahu’anhum.
Dari Ma’rur bin Suwaid rahimahullah berkata,
“Suatu ketika, kami pergi bersama Umar Ibnul Khaththab. Ditengan perjalanan kami menjumpai sebuah masjid. Orang-orang berlomba-lomba shalat di dalamnya. Lantas Umar berkata, “Ada apa dengan mereka?”
Mereka menjawab, “Ini adalah masjid yang pernah digunakan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam shalat di dalamnya.”
Umarpun berkata, “Wahai manusia, sesuatu yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah mengikuti perakara seperti ini. Hingga mereka menjadikannya sebagai tempat ibadah. Barangsiapa yang mendapati waktu shalat silakan shalat didalamnya. Barangsiapa yang tidak mendapati waktu shalat maka silakan berlalu.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf no. 7550).
Dan ketika Umar Ibnul Khaththab mendapati orang-orang mendatangi pohon, dahulu dijadikan tempat berbaiat kepada Nabi maka Umar memerintahkan untuk menebangnya. (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf no. 7545)
8. Disyariatkan bagi kaum laki-laki yang mendatangi Masjid Nabawi untuk berziarah kubur Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan dua kubur shabahat beliau, Abu Bakar dan Umar radhiyallahu’anhuma.
Dengan cara mengucapkan salam pada mereka dan mendoakam mereka. Adapun bagi wanita tidak diperbolehkan ziarah kubur berdasarkan pendapat paling benar diantara dua pendapat ulama.
Berdasarkan hadis darj Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma,
أن النبي لعن زائرات القبور
“Sungguh Nabi shallallahu’alaihi wasallam melaknat wanita yang menziarahi kubur.” (HR. Abu Dawud no. 3236, At Tirmidzi no. 320 dan Ibnu Majah no. 1575 dan dinilai shahih oleh Al Albani dalam Ishlahul Masjid)
Tata cara ziarah kubur Nabi
Menghadapkan wajahnya ke arah kubur dan mengucapkan,
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ الله
“Assalamu’alaika ya Rasulallah”
Kemudian bergeser ke samping kanan kira-kira satu jengkal dan mengucapkan salam kepada Abu Bakar,
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أَبَا بَكْرٍ
“Asslamu’alaika ya Aba Bakr”.
Kemudian bergeser lagi ke samping kanan kurang lebih satu jengkal untuk mengucapkan salam kepada Umar Ibnul Khaththab,
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا عُمَر
“Assalamu’alaika ya Umar”.
9. Disyraiatkan bagi laki-laki berziarah dipekuburan Baqi Al Gharqad dan para syuhada perang Uhud untuk mengucapkan salam dan mendoakan mereka.
Dari Baridah radhiyallahu’anhu berkata Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengajarkan para sahabat jika mereka keluar untuk berziarah kubur:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُونَ ، نَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمْ الْعَافِيَةَ
“Semoga keselamatan tercurahkan kepada kalian penghuni kubur dari kalangan orang-orang mukmin dan muslim. Dan sesungguhnya kami insyaallah akan menyusul. Kami memohon keselamatan untuk diri kami dan kalian.” (HR. Muslim dalam shahihnya, no. 974-975)
10. Ada dua tujuan agung disyariatkan ziarah kubur:
1. Bagi penziarah agar dapat mengambil pelajaran dan mengingat kematian.
2. Bagi yang diziarahi agar mendapatkan doa dari yang berziarah, permohonan rahmat dan ampunan.