Betapa banyak ribuan pahala hilang karena amalan yang kita anggap biasa itu tidak disertai dengan ilmu dan tanpa menghadirkan niat.
Syaikh Utsaimin ketika menjelaskan hadits diampuninya seseorang karena memberi minum anjing yang haus, menjelaskan bahwa setiap hewan yang kita beri minum atau makan, atau memberi perlindungan dari panas atau dingin baik itu hewan milik kita atau milik orang lain, atau merupakan hewan yang bebas (liar), maka kita akan mendapatkan pahala disisi Allah عزّ و جلّ . Ini masih terkait dengan hewan.
“Lalu bagaimana dengan (memberi minum) kepada sesama bani Adam?”
Maka syaikh menjelaskan, “Jika Engkau berbuat baik kepada Bani Adam maka hal tersebut lebih ditekankan dan lebih banyak pahalanya, karena Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda
مَنْ سقى مسلما على ظمأ سقاه الله من الرحيق المختوم
Barangsiapa yang memberi minum seorang muslim atas dahaganya, niscaya Allah akan memberinya Rahiqul Makhtum (Minuman dari Surga) (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Yaitu, jika seandainya anak Anda yang kecil berdiri didepan kulkas kemudian berkata kepada Anda , “Aku ingin air minum” . Kemudian Anda memberinya minum yang dikarenakan dia haus. Maka sesungguhnya Anda telah memberi minum seorang muslim atas dahaganya. Dan sesungguhnya kelak Allah akan memberi Anda Rahiqul Makhtum. Pahala yang banyak… walillahi alhamdu
Maka saya wasiatkan kepada saudaraku dan kepada diriku sendiri untuk senantiasa bersemangat dalam memperoleh amalan dengan niat yang bagus sebagai bekal di hari kiamat. Karena betapa banyak amalan kecil menjadi besar dengan adanya niat, dan betapa banyak amalan besar menjadi kecil karena kelalaian.” (Syarh Riyadhus Shalihin, hlm 173-174)
Demikian pula ketika seseorang tersandung di jalan kemudian dia reflek menyingkirkannya dari jalan, maka dia mendapatkan pahala…namun tidak sebesar pahala orang yang jika membuang gangguan tersebut dengan meniatkan dalam hatinya untuk mengamalkan hadits dan karena dia tahu bahwa itu merupakan cabang keimanan. Nabi shallahu’alaihi wa sallam bersabda,
وتُميطُ الأذَى عَنِ الطَّريقِ صَدَقَةٌ
Dan menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah (Muttafaqun ‘alaihi)
Beliau juga bersabda,
وَأَدْنَاهَا إمَاطَةُ الأذَى عَنِ الطَّريق
Dan (cabang keimanan) yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan (Muttafaqun ‘alaihi)
Semua ini tidak bisa tercapai kecuali dengan ilmu dan niat atas suatu amalan. Oleh karenanya kita dapati ungkapan sebagian ulama,
“Ibadahnya orang-orang yang lalai menjadi sekedar kebiasaan, dan kebiasaan orang yang selalu istiqamah dan menghadirkan hati akan menjadi ibadah”