Al Raghib rahimahullah berkata,
البركة هي ثبوت الخير الإلهي في الشيء
“Barakah adalah tetapnya kebaikan ilahi pada sesuatu.”
Ketahuilah bahwa yang terpenting dalam urusan harta dan rizki bukanlah pada sedikit atau banyaknya. Yang terpenting adalah keberkahannya. Tidak ada kebaikan pada harta yang banyak jika tidak berkah. Dan beragam kebaikan akan muncul pada harta yang disertai keberkahan di dalamnya.
Maka seorang mukmin, yang dicari dalam seluruh sisi kehidupannya di dunia ini adalah keberhakannya. Termasuk dalam urusan harta. Karena banyaknya harta tidak menjamin kebahagian dan kecukupan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta, kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.” Muttafaq ‘alaih.
Bahkan, Allah menyebutkan, bahwa ada diantara manusia yang justru Allah siksa dengan harta kekayaannya.
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam Keadaan kafir.” (QS. At Taubah: 55)
Banyaknya harta juga bisa jadi termasuk istidraj, Allah berfirman (yang artinya),
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan) (Istidraj), dengan cara yang tidak mereka ketahui. dan aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku Amat teguh.” (QS. Al A’râf: 182-183)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Maknanya, dibukakan untuknya pintu-pintu rizki dan beragam penghidupan di dunia, hingga mereka terpedaya dan menyangka berada pada kedudukan (yang tinggi).”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba (kenikmatan) dunia yang disukainya padahal ia suka bermaksiat, maka itu adalah istidraj.” Kemudian beliau membaca firman Allah, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’âm: 44)
Sebagian Salaf berkata, “Jika engkau melihat Allah terus-menerus melimpahkan kepadamu kenikmatan sementara engkau terus bermaksiat, maka berhati-hatilah, karena ia adalah istidraj.”
Para Nabi Mendoakan Keberkahan
Saking pentingnya keberkahan dalam kehidupan manusia, para Nabi pun senantiasa mendoakan keberkahan.
عن ابن عباس أن إبراهيم – عليه السلام – عندما زار ابنه إسماعيل لم يجده، ووجد امرأته فقال لها إبراهيم عليه السلام : ما طعامكم، وما شرابكم ؟ قالت: طعامنا اللحم، وشرابنا الماء، فقال – عليه السلام – :اللهم بارك لهم في طعامهم، وشرابهم، فقال أبو القاسم – صلى الله عليه وسلم – : بركة بدعوة إبراهيم.
Dari Ibnu Abbas, Bahwa tatkala Ibrahim ‘alaihissalam mengunjungi putranya Ismail namun beliau tidak bertemu dengannya dan hanya bertemu dengan Istrinya, Ibrahim berkata, “Apa makanan kalian dan apa minuman kalian?” ia menjawab, “Makanan kami daging dan minuman kami air.” Beliau berkata, “Ya Allah berkahilah mereka dalam makanan dan minuman mereka.” Abul Qasim berkata, “Keberkahan dengan doa Ibrahim.” (HR Bukhari)
Tatlaka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan Anas bin Malik, beliau berdoa kepada Allah,
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وبَارَكَ لَهُ فِيمَاَ أَعْطِيتَهِ
“Ya Allah, perbanyaklah harta dan keturunannya, dan berkahilah ia pada apa yang Engkau karuniakan kepadanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kita untuk berdoa meminta keberkahan dalam sejumlah perkata. Ketika mendoakan orang yang menikah,
بارك الله لك، وبارك عليك، وجمع بينكما بخير
Tatkala mendoakan orang yang member imakan kepada kita,
اللهم بارك لهم فيما رزقتهم واغفر لهم وارحمهم
Hilangnya Keberkahan adalam Musibah
Hari ini, kita mengeluhkan sedikit atau hilangnya nikmat yang satu ini, yaitu keberkahan pada rizki dan harta kita. Padahal mungkin keuntungan yang kita dapat dari bisnis kita cukup banyak, sumber-sumber pendapatan bermacam-macam atau gaji bulanan yang kita terima dari kantor tidak sedikit jumlahnya.
Hilangnya keberkahan adalah salah musibah dan hukuman atas apa yang kila lakukan. Karena Allah berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30)
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“(Siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al Anfal: 53)
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rum: 41)
Keberkahan Dicapai Dengan Takwa
Allah berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf: 96)
Ayat menjelaskan bahwa keberkahan hanya akan turun bersama ketakwaan. Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, saat itu Allah akan bukakan keberkahan dari langit dan dari bumi.
Keberkahan Harta Halal
Harta adalah sahabat terbaik bagi pemiliknya jika ia didapatkan dan dibelanjakan dengan cara yang halal. Dan harta adalah musuh yang sangat berbahaya jika ia didapatkan dan dibelanjakan dengan cara yang haram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فمن يأخذ مالًا بحقه يبارك له فيه ومن يأخذ مالًا بغير حقه فمثله كمثل الذي يأكل ولا يشبع.
“Barang siapa yang mengambilnya dengan haknya, maka ia akan diberkahi dalam hartanya. Dan barang siapa yang mengambil harta tanpa haknya, maka perumpamaannya seperti orang yang makan dan tidak pernah kenyang.” (HR Muslim)
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,
وفيه أن المكتسب للمال من غير حله لا يبارك له فيه لتشبيهه بالذي يأكل ولا يشبع
“Dalam hadis ini terdapat pelajaran bahwa orang yang menghasilkan harta dengan cara yang tidak halal, tidak akan diberkahi harta itu untuknya, karena ia diserupakan dengan orang yang makan dan tidak pernah kenyang.”
Harta Haram Akan Menghancurkan Keberkahan
Jika harta yang halal akan mendatangkan keberkahan bagi pemiliknya, maka sebaliknya, harta yang dihasilkan dengan cara yang haram akan menghancurkan dan menghilangkan keberkahan. Allah berfirman tentang harta haram hasil riba,
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
“Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al Baqarah: 276)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah mengabarkan bahwa Dia akan memusnahkan riba. Maksudnya dengan cara menghilangkannya secara keseluruhan dari tangan pemiliknya, atau meniadakan keberkahan hartanya sehingga ia tidak mendapat manfaat darinya, bahwa Allah menyiksanya dengan harta tersebut di dunia dan menghukumnya kelak di akhirat. Seperti dalam firman Allah,
قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ
“Katakanlah: “tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)”
Allah Memerintahkan Makan dari yang halal
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 168)
Keberkahan menjadi hilang tatlaka manusia menjadi hamba harta, dimana ambisinya, waktunya, kerja kerasnya, loyalitas dan permusuhannya untuk dan karena harta. Seluruh hidupnya ia persembahkan untuk harta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, maka Allah akan menghancurkan kekuatannya, menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah Allah takdirkan. Dan barangsiapa akhirat adalah tujuannya, maka Allah akan menguatkan urusannya, menjadikan kekayaannya pada hatinya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” (HR Ibnu Majah)
Mencari Harta dengan Aturan Allah
Allah berfriman (yang artinya),
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad: 29)
Tujuan Allah menurunkan syariat-Nya adalah:
- Untuk menguji manusia, siapa diantara mereka yang taat dan siapa diantara mereka yang durhaka. Yang taat kepada syariat, hukum dan aturan Allah, maka ia akan dibalas dengan kebaikan di dunia dan akhirat.
- Untuk menjadi rahmat bagi umat manusia. Sehingga dengan melaksanakan syariatnya, manusia akan hidup dalam keberkahan dan rahmat dari Allah.
Oleh karena itu, diantara cara agar harta yang kita miliki mendatangkan keberkahan dan kebaikan bagi kita, hendaknya kita menjaga aturan Allah dalam mencarinya. Carilah harta hanya yang Allah halalkan dalam Al Qur`an dan Sunnah.
Harta yang Berkah adalah Harta yang digunakan Untuk Ketaatan
Buah dari keberkahan harta yang paling besar adalah ketaatan kepada Allah. Jika dengan semakin banyak harta yang dimiliki seorang hamba ia kian taat dan rajin beribadah kepada Allah, kian indah akhlaknya, kian semangat beramal shaleh, maka itu adalah tanda hartanya barakah. Allah berfirman (yang artinya),
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Muminun: 51)
Ayat ini menunjukkan bahwa sangat erat hubungan antara mengkonsumsi makanan yang baik dengan amal shaleh. Jasad akan bergairah untuk melakukan amal shaleh jika jasad itu tumbuh dan berkembang dari makanan yang halal.
Kebaikan Harta
Allah menyebut harta dengan al Khair.
“Dan Sesungguhnya Dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (QS. Al Adhiyat: 8)
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf[112], (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 180)
Allah juga menyebutnya dengan ‘Qiyaamaa’ yang artinya ‘pokok kehidupan’
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (QS. An Nisa: 5)
Banyak ibadah yang tidak bisa dilakukan kecuali dengan harta.
عن أَبي هريرة – رضي الله عنه – : أنَّ فُقَراءَ المُهَاجِرينَ أتَوْا رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ، فَقَالُوا : ذَهَبَ أهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ العُلَى ، وَالنَّعِيم المُقيم ، فَقَالَ : (( وَمَا ذَاك ؟)) فَقَالوا : يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَيَتَصَدَّقُونَ وَلاَ نَتَصَدَّقُ ، وَيَعْتِقُونَ وَلاَ نَعْتِقُ ، فَقَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( أفَلا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئاً تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ ، وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ ، وَلاَ يَكُونُ أحَدٌ أفْضَلَ مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ ؟ )) قالوا : بَلَى يَا رسول الله ، قَالَ : (( تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمِدُونَ ، دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاثاً وَثَلاثِينَ مَرَّةً )) فَرَجَعَ فُقَرَاء المُهَاجِرِينَ إِلَى رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ، فقالوا : سَمِعَ إخْوَانُنَا أهلُ الأمْوالِ بِمَا فَعَلْنَا ، فَفَعَلُوا مِثلَهُ ؟ فَقَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ))
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Orang-orang miskin dari kalangan orang-orang muhajirin datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam. Mereka berkata, “Orang-orang yang berharta telah mendapatkan derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi.” Beliau bertanya, “Bagaimana itu?” Mereka menjelaskan, “Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka mampu bersedekah dan kami tidak mampu bersedekah, mereka mampu memerdekakan budak sahaya sementara kami tidak mampu melakukannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau aku ajarkan sesuatu yang dengannya kamu dapat menandingi orang-orang yang telah melampaui kalian dan kalian mampu melampaui dengannya orang-orang setelah kalian, dan tidak ada yang lebih utama dari kalian kecuali orang yang melakukan seperti yang kalian lakukan.?”
Mereka menjawab, “Iya wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Kalian mengucapkan subhanallah, Allahu akbar dan Alhamdulillah setiap selesai shalat tiga puluh tiga kali.”
Setelah beberapa lama, orang-orang miskin dari kalangan muhajirin itu datang lagi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, saudara-saudara kami dari kalangan orang kaya itu mendengar apa yang kami lakukan dan mereka pun melakukan apa yang kami lakukan.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itu adalah karunia Allah yang Dia karuniakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.” (HR Muslim)
Namun kebaikan harta diatas tidak akan terwujud manakala harta tidak berada dalam kendali orang-orang shaleh. Yang terjadi justru sebaliknya, harta akan berubah menjadi keburukan, tatkala dipegang oleh orang-orang buruk. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نعم المال الصالح للرجل الصالح
“Sebaik-baik harta adalah harta yang berada di tangan orang shaleh.” (HR Ahmad)
Wallahu A’lam.