Bismillaahirrahmanirrahim,

Akhwaty fillah, apa kabar hati kita saat ini? Banyak orang yang ketika lama tak jumpa, pertanyaan pertama yang sering dilontarkan adalah mengenai kabar. Bukankah bersihnya hati akan menenangkan seluruh jiwa, begitu pula sebaliknya?

Contoh kecil, ketika kita terkena duri di jalan, tapi hati kita menyadari bahwa semua itu terjadi karena kehendak-Nya, dan kita bersyukur dengan keadaan tersebut, maka Allah menjadikannya sebagai penghapus dosa kita, in syaa Allah. Tapi berbeda keadaannya jika kita menerimanya dengan hati yang keruh, maka yang ada hanyalah kekesalan dan penderitaan.

Bagaimana cara kita mengetahui kondisi hati kita? Mari kita mencoba jujur pada diri sendiri, apakah diri kita berat meninggalkan kemaksiatan? Atau gemar bermaksiat tatkala bersendirian? Apakah kita merasa sulit memahami ilmu syar’i? Apakah kita menunda-nunda dalam mengerjakan hal-hal wajib? Apakah tangan kita kaku untuk meraih uang di saku untuk diinfakkan? Apakah badan kita lemah untuk mengerjakan yang sunnah? Wahai akhwaty fillah, jika semua jawabannya adalah ‘iya’, maka mari perbanyak istighfar kepada Allah, karena sesungguhnya kita perlu menerapi hati kita.

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda (artinya):

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ

{ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }

Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga membutakan mata hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka [QS. Al Muthoffifin : 14]’.” (HR. Tirmidzi no. 3257, beliau berkata, ‘Hadits hasan shahih’).

Maka ada beberapa poin terapi untuk penyakit hati yang mungkin sedang melanda kita, diantaranya :

  1. Memperbanyak istighfar kepada Allah, karena kemaksiatan akan menimbulkan noda hitam di hati, yang lama kelamaan menutupi hati, seperti hadits di atas.
  2. Memperbanyak berdoa kepada Allah agar hati kita ditetapkan di atas keimanan dan ditolong dalam melakukan ibadah, diantara doanya adalah

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ اصْرِفْ قُلُوبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ

Allaahummaa musharrifal quluub sharrif  quluubanaa ‘alaa thaa’atik.

“Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, arahkanlah hati kami kepada ketaatan kepada-Mu!”

[HR. At Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244, Ibnu Hibban (7/27)].

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika.

“Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah dengan baik kepada-Mu”.

[HR. Ahmad 5/247, An-Nasai: 1303].

  1. Memperbanyak membaca Al Qur’an dan mentadabburinya, serta berusaha mengamalkan ilmu yang telah diperoleh.
  2. Mencari tahu fadhilah-fadhilah dalam melakukan suatu ibadah, maka in syaa Allah dengan mengetahui fadhilah suatu amalan kita akan lebih termotivasi untuk mengerjakannya.
  3. Memaksa diri untuk menghadiri majelis ilmu, karena di majelis ilmu hati akan tenang, dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi termasuk ikan-ikan dilaut pun akan memohonkan ampun untuk kita.
  4. Mencari teman-teman yang shalihah agar dapat saling menasihati dan menyemangati dalam beribadah.

Jika sakit badan kita butuh dokter sebagai wasilah untuk kesembuhan penyakit kita, maka untuk kesembuhan penyakit hati kita, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lah dokter bagi hati kita.

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang bersih, menjadikan kita istiqomah dalam melakukan ibadah-ibadah wajib, memudahkan kita dalam melakukan ibadah sunnah, dan memudahkan kita dalam berbagai kebaikan lainnya. Mari kita melatih diri untuk menjadi pribadi yang rajin mengontrol keadaan hati kita. Allahu Waliyyut taufiq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *