Banyak orang yang lebih suka jika dialah sang pembicara, sementara yang lain mendengarkan perkataannya…
Banyak diantara kita tatkala mendengarkan saudaranya berbicara, maka segera dia potong… padahal saudaranya belum selesai berbicara…
Bahkan, ia membantah pembicaraan saudaranya, sebelum saudaranya selesai menyampaikan argumentasinya…
Diantara adab yang tinggi yang diajarkan oleh salaf adalah mendengarkan pembicaraan saudara dengan baik…
عن عطاء: إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحَدِّثُنِي بِالْحَدِيْثِ، فَأُنْصِتُ لَهُ كَأَنِّي لَمْ أَسْمَعْهُ، وَقَدْ سَمِعْتُهُ قَبْلَ أَنْ يُوْلَدَ
‘Atoo rahimahullah berkata, “Sesungguhnya seseorang menyampaikan kepadaku tentang suatu pembicaraan, maka akupun seksama mendengarkannya, seakan-akan aku tidak pernah mendengarnya. Padahal aku telah mengetahuinya, sebelum ia dilahirkan” (Siyar A’laam An-Nubalaa 5/86)
Tidak semua orang bisa sabar mendengar pembicaraan orang lain, terutama pembicaraan yang mutar-mutar tidak karuan (berbelit-belit), terlebih lagi pembicaraan yang sudah ia ketahui dan telah ia dengarkan sebelumnya…
Belajar mendengarkan pembicaraan saudara dengan baik, merupakan akhlak yang sangat mulia, karena :
– Sikap ini menunjukkan ketawadhu’an seseorang…
– Menunjukkan penghargaannya. terhadap saudaranya…
– Menjaga perasaan saudaranya…
– Menyenangkan hati saudaranya yang tentunya senang jika pembicaraannya didengarkan dengan seksama.
Barakallahfikum…
Ustadz DR. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى
da090615-1621