Yang pernah membaca ‘Ilal at-Tirmidziy ash-Shaghīr beserta syarah Ibnu Rajab tentu bisa melihat dengan jelas kedalaman ilmu Syafii dalam kajian hadis.
Di sana ada definisi hadis sahih, hadis mursal dan hadis syādz yang kesemuanya dikutip dari ar-Risalah milik Sang Imam atau kitab beliau yang lain.
Jika membaca langsung Risalah asy-Syafii (rahmatullahi ‘alaihi) akan lebih banyak lagi hal menakjubkan yang tidak hanya menunjukkan kepiawaian beliau pada aspek teoretis hadis.
Contohnya di halaman 42-43 dari nomor pembahasan 139-142, asy-Syafii menuliskan pandangan berkemajuannya tentang kompilasi sebanyak mungkin hadis Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam agar seorang dapat mengetahui “Sunan” sedekat mungkin dengan keutuhannya. Hal seperti ini, di zaman beliau, belum terealisasi. Barulah pada masa selanjutnya benar-benar terwujud di tangan para ulama setelah beliau. Oleh karenanya Syaikh Ahmad Syakir memberikan catatan,
“Apa yang diwacanakan oleh asy-Syafii tentang pengumpulan Sunan (sunnah-sunnah Nabi) merupakan tinjauan futuristik dan tahqiq begitu mendalam juga telaah luas atas apa yang telah dikompilasi oleh para syekh dan alim di zamannya dan sebelumnya. Korpus-korpus Sunnah pada masa itu belum dikumpulkan kecuali hanya sedikit saja dari apa yang dijamak para syekh dari apa yang mereka riwayatkan. Barulah setelahnya para ulama huffazh mengompilasi Sunan di dalam kitab-kitab besar dan kecil.
Ahmad bin Hanbal murid beliau pun menyusun Musnad besarnya yang telah makruf dan berkata seraya mendeskripsikannya,
‘Buku ini telah aku susun dan aku tulis dengan sangat baik dari lebih lima puluh ribu tujuh ratus hadis. Maka apa yang diperselisihkan kaum muslimin dari hadis Rasulullah, kembalilah padanya. Jika hadis termaksud didapati di dalamnya (maka cukuplah), dan jika tidak berarti hadis itu bukanlah hujah.’
Kendati begitu, masih banyak hadis sahih yang luput dari Musnadnya. Di dalam ash-Shahihain terdapat sekian hadis sahih yang tidak dimuat dalam al-Musnad. Para ulama huffazh telah menuliskan al-Kutub as-Sittah dan di sana ada banyak hadis yang tidak dijumpai di dalam al-Musnad. Keseluruhan hadis al-Kutub as-Sittah jika digabungkan dengan hadis-hadis al-Musnad telah merangkum sebagian besar Sunnah namun belum seluruhnya. Tetapi, jika kami tambahkan apa yang dimuat di dalam kitab-kitab itu dengan hadis-hadis yang dimuat dalam kitab-kitab sohor lain semisal Mustadrak al-Hakim, Sunan Kubra al-Baihaqi, Muntaqa Ibn al-Jarud, Sunan ad-Darimi dan ketiga Mu’jam ath-Thabarani, serta Musnad Abu Ya’la dan al-Bazzar, jika ini dilakukan tentunya akan kami dapati seluruh Sunan in sya Allah. Akan semakin kuat dugaan bahwa tidak ada satupun sunnah yang luput, bahkan kami hampir memastikan hal itu.
Inilah makna perkataan asy-Syafii, ‘Dan jika ilmu seluruh ahli ilmu Sunnah dikumpulkan, akan didapati keseluruhan Sunan,’ juga perkataan beliau lainnya, ‘Maka seluruh ulama akan mengumpulkan seluruhnya (Sunan).’
Asy-Syafii menuturkan kalimatnya berdasar asumsinya sebelum benar-benar penulisan itu semua terealisasi. Alangkah cerdasnya beliau.”
Penulis: Ust. Alee Massaid, Lc