Beliau bernama Imam Muhammad bin Maimun Abu Hamzah, sang gula.

Mengapa beliau dijuluki dengan “sang gula”??

Mari kita simak keterangan Imam Adz Dzahabi:
“Beliau bukanlah seorang penjual gula, akan tetapi dinamakan as sukkari (sang gula) karena manisnya tutur kata beliau.”
(Siyar A’laamin Nubalaa’ 7/386)

Benar memang, saat telinga ini disapa dengan rangkaian kata yang penuh dengan kesantunan dan kelembutan, maka akan terasa manis di dalam jiwa, rasa yang lebih manis dari gula dan madu.
Bukankah sesendok gula yang disajikan dengan umpatan dan cacian akan terasa pahit di dalam hati?!

“Kata-kata yang baik adalah sebuah sedekah.”
Sabda Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

Rasanya tidak berkebihan jika kita berharap lahirnya “sang gula – sang gula” berikutnya untuk menghiasi layar kehidupan keluarga, pergaulan, dunia dakwah dan SOSMED kita.

(Terinspirasi oleh Faidah Syaikh Shalih bin ‘Abdil ‘Aziz As Sindi)

Muhammad Nuzul Dzikri,  حفظه الله تعالى

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *