Tidak Boleh Mengambil Upang Bekam?
Mar 20, 2017 Artikel, Tanya Jawab SyariahComments Off on Tidak Boleh Mengambil Upang Bekam?
Upah Tukang Bekam Haram?
Benarkah upah tukang bekam itu tercela? apakah berarti haram?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa upah tukang bekam itu halal. beliau pernah berbekam dan beliau memberi upah kepada tukang bekam.
[1] Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliu mengatakan,
احْتَجَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَعْطَى الَّذِي حَجَمَهُ، وَلَوْ كَانَ حَرَامًا لَمْ يُعْطِهِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam dan memberi upah kepada tukang bekam. Andai itu haram, tentu beliau tidak akan memberi upah. (HR. Ahmad 2904 dan Bukhari 2103).
[2] Hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا حَجَّامًا فَحَجَمَهُ وَسَأَلَهُ: كَمْ خَرَاجُكَ؟ فَقَالَ: ثَلاَثَة آصُعٍ، فَوَضَعَ عَنْهُ صَاعًا وَأَعْطَاهُ أَجْرَهُ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil tukang bekam, lalu dia membekam beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Berapa upahmu?”
‘Tiga sha’.’ Jawab tukang bekam.
Lalu beliau memberikan satu sha’ dan beliau berikan upahnya. (HR. Ahmad 1136 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
[3] Hadis dari Ali radhiyallahu ‘anhu,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَجَمَ وَأَمَرَنِي فَأَعْطَيْتُ الْحَجَّامَ أَجْرَهُ
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam dan beliauperintahkan aku untuk memberikan upah kepada tukang bekamnya. (HR. Ahmad 1130, Ibnu Majah 2163 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
[4] Hadis dari Anas bin Malik
احْتَجَمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَجَمَهُ أَبُو طَيْبَةَ فَأَمَرَ لَهُ بِصَاعَيْنِ مِنْ طَعَامٍ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dibekam oleh Abu Thaibah, lalu beliau perintahkan agar diberi upah 2 sha’ makanan. (HR. Ahmad 12785 & Muslim 4121).
Dan beberapa hadis yang semisal, yang menunjukkan bahwa upah tukang bekam adalah halal.
Hanya saja, upah tukang bekam dinilai tidak terpuji. Dalam hadis dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ كَسْبِ الحَجَّامِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang upah tukang bekam. (HR. )
Dalam hadis lain, dari Rafi’ bin Khadij radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَسْبُ الْحَجَّامِ خَبِيثٌ
“Upah tukang bekam itu jelek.” (HR. Ahmad 15812, Abu Daud 3423 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Makna khabits dalam hadis ini tidak bermakna haram. Karena harta halal, namun hina, juga bisa disebut khabits. Seperti firman Allah,
وَلاَ تَيَمَّمُواْ الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ
“Janganlah kalian secara sengaja memilih harta yang khabits yang kalian infakkan.” (QS. al-Baqarah: 267).
Upah tukang bekam disebut khabits, bukan karena statusnya yang haram, tapi karena harta ini dianggap tidak terpuji dan tidak bermartabat. Sehingga makruh untuk dicari.
Berdasarkan keterangan di atas, ulama berbeda pendapat dalam memahami upah tukang bekam,
Pertama, upah tukang bekam hukumnya mubah. Ini merupakan pendapat al-Laits bin Sa’ad, Malik dan Abu Hanifah.
Kedua, upah tukang bekam hukumnya makruh bagi orang merdeka dan mubah bagi budak. Ini merupakan pendapat Syafi’iyah dan Hanbali.
Kita simak keterangan An-Nawawi ketika menyimpulkan hadis yang melarang upah tukang bekam,
هذه الأحاديث التي في النهي على التنزيه والارتفاع عن دنيء الأكساب والحثِّ على مكارم الأخلاق ومعالي الأمور
Hadis-hadis yang menunjukkan larangan makruh dan menghindari penghasilan yang tidak terpuji, serta motivasi untuk menjaga akhlak mulia dan hal yang bermartabat. (Syarh Shahih Muslim, 10/233)
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Disadur dari Artikel KonsultasiSyariah.com)