Menularkan hidayah kepada orang lain adalah salah satu kewajiban kita. Lalu, mudahkah menularkan hidayah tersebut?
Sebenarnya, kita telah diberi bekal fitrah oleh Allah Ta’ala. Fitrah berupa mencintai kebenaran. Jadi, setiap orang telah tertanam dalam dirinya masing-masing fitrah berupa kecenderungan menerima hidayah. Sehingga relatif mudah dalam menerima hidayah tersebut.
Akan tetapi, masalahnya adalah banyak rintangan/godaan yang membuat hidayah tersebut susah ditularkan. Oleh karena itu, kita harus berusaha dalam menularkan hidayah tersebut dengan sebaik-baiknya alias berdakwah dengan menggunakan cara yang benar. Karena dakwah itu tidak sekadar mengatakan “Ini halal dan ini haram. Kamu mau terima silakan, tidak ya ngga apa-apa… yang penting aku sudah menyampaikan.”, tapi kita dituntut untuk mengemas dakwah tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga dakwah tersebut bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.
Jadi, dakwah itu tidak boleh asal-asalan atau sekadarnya dan berdalih dengan kalimat “Yang penting kita hanya menyampaikan. Kalau sudah menyampaikan berarti kita sudah terbebas di hadapan Allah.”
Lalu ketika ditanya, “Dalilnya apa?”
“Dalilnya di Alquran surat Al-Araf ayat 164 :
…مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ …
“…Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabbmu..”
“Iya, tapi tolong baca ayat tentang hal tersebut dengan lengkap!”
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu , dan supaya mereka bertakwa.” (QS Al A’raf: 164)
Jadi, orang yang berdakwah itu minimalnya mempunyai dua tujuan utama:
- Agar terbebas dari tanggung jawab nanti di hadapan Allah Ta’ala.
- Agar objek dakwah kita menerima apa yang kita sampaikan.
Jadi, berdakwah itu tidak boleh asal-asalan, yang penting kita bebas. Tetapi kita harus berusaha sebaik-baiknya agar objek dakwah kita menerima apa yang kita sampaikan.
——-
Referensi: Rekaman kajian “Mencuri Hati” yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. –hafizhahullah- dan disiarkan dari Masjid Kampung Santri, Desa Cilembu, Sumedang.