BEDA SIKAP KAUM MUKMININ DAN KAUM MUNAFIK PADA PERANG TABUK
Ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkan perintah berperang dan berinfaq untuk mempersiapkan pasukan perang Tabuk, maka tampak dua sikap yang berbeda dari dua golongan yang berbeda pula, dari orang-orang beriman yang taat kepada Allâh dan Rasul-Nya dan satu lagi dari yang munafiq yang senantiasa menyelisihi Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.
SIKAP ORANG-ORANG MUNAFIK
- Meminta ijin dan menyampaikan alasan untuk tidak berperang
Semenjak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan peperangan, orang-orang munafik mulai berusaha melemahkan semangat kaum Muslimin. Mereka mengatakan, “Jangan kalian keluar berperang di musim panas!” Lalu Allâh Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya:
وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ ۗ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا ۚ لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ
Dan mereka mengatakan janganlah kalian keluar berperang di musim panas, katakanlah, api neraka jahannam lebih panas jika mereka bisa memahami [At-Taubah/9:81]
Pada suatu hari ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang melakukan persiapan perang Tabûk, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada al-Jad bin Qais[1], “Wahai Jad! Apakah tahun ini kamu akan ikut memerangi Bani al- Ashfar (pasukan Romawi)?” Dia menjawab, ‘Wahai Rasûlullâh! Apakah engkau bisa memberiku ijin untuk tidak ikut agar aku tidak terfitnah? Demi Allâh! Semua kaumku tahu bahwa tidak ada yang mengagumi perempuan melebihi aku, Saya khawatir terfitnah ketika melihat wanita-wanita Romawi.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung berpaling darinya dan mengatakan, ‘Saya mengijinkanmu, lalu turunlah ayat yang berkaitan dengannya:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي ۚ أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا ۗ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
Di antara mereka ada yang mengatakan, ‘Ijinkanlah saya (tidak ikut berperang) dan janganlah engkau menjerumuskanku dalam fitnah.’ Dan ketahuilah mereka telah terjerumus kedalam fitnah dan Sesungguhnya neraka jahannam meliputi orang orang kafir [At-Taubah/9:49]
Sebagian orang munafik datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan alasan dusta agar mereka mendapatkan ijin dari Beliau untuk tidak ikut berperang. Perbuatan mereka ini dicela oleh Allâh dalam firman-Nya:
عَفَا اللَّهُ عَنْكَ لِمَ أَذِنْتَ لَهُمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَتَعْلَمَ الْكَاذِبِينَ
Allâh telah memaafkanmu karena engkau telah memberikan mereka ijin hingga jelas bagimu orang orang yang jujur dan engkau mengetahui mereka adalah pendusta. [At-Taubah/9:43]
- Membangun masjid Dhirar untuk memecah belah kaum Muslimin.
Di antara sikap yang diperlihatkan orang-orang munafik sebelum perang Tabuk adalah membangun masjid sebagai tempat mereka berkumpul untuk menyusun rencana-rencana jahat kepada kaum Muslimin. Mereka mengklaim bahwa masjid yang mereka bangun untuk kemaslahatan dan memudah orang-orang lemah shalat di dalamnya karena tidak mampu berjalan ke masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Sekilas ucapan mereka seakan benar, tapi dibalik itu semua tersimpan niat buruk. Niat buruk mereka kemudian disingkap oleh Allâh Azza wa Jalla :
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ ۚ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَىٰ ۖ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ ﴿١٠٧﴾ لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang Mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allâh dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka bersumpah, “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allâh menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu shalat dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu untuk shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang bersih. [At-Taubah/9:107-108]
Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak untuk shalat di masjid dhirar, dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membakarnya sepulang dari perang Tabuk.
Sebagian orang munafik ikut berperang untuk mencari jalan dan celah untuk mencelakai kaum Muslimin.
SIKAP ORANG-ORANG MUKMININ
Adapun orang-orang beriman, maka mereka bergegas mematuhi perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berperang dan mereka tidak memperhatikan kesulitan yang akan mereka hadapi serta tidak tergiur dengan musim panen kurma yang segera datang di kota Madinah.
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu ketika diperintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tinggal di Madinah, beliau Radhiyallahu anhu awalnya menolak dengan mengatakan, ‘Wahai Rasûlullâh! Engkau tinggalkan aku bersama wanita dan anak-anak kecil.’ Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ” Tidakkah Engkau ridha dengan kedudukanmu dariku seperti kedudukan Harun dari Musa, akan tetapi tidak ada Nabi setelah aku”[2]
Begitu juga sikap para Sahabat yang lain seperti Abu Khaitsam al-Anshâri, Abu Dzar dan yang lainnya Radhiyallahu anhum, yang lebih memilih berperang daripada menikmati hasil panen dan tinggal bersama anak istri mereka.
JUMLAH SHAHABAT YANG IKUT DI PERANG TABUK
Ada beberapa riwayat yang berbeda-beda tentang jumlah pasukan kaum Muslimin dalam perang Tabûk. Diantaranya riwayat itu ada yang menyebutkan bahwa jumlah pasukan kaum Muslimin sebanyak sepuluh ribu orang, riwayat lain menyebutkan tiga puluh ribu, dan yang lain menyebutkan empat puluh ribu dan ada juga riwayat yang menyebutkan tujuh puluh ribu.
Pendapat yang kuat adalah riwayat yang menyebutkan tiga puluh ribu. Inilah riwayat yang disepakati oleh ahli sirah seperti : Ibnu Ishâq, al-Waqidi dan Ibnu Saad.[3]
PELAJARAN PENTING
- Orang-orang beriman senantiasa mematuhi perintah Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Sebaliknya, orang-orang munafik senantiasa menentang Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.
- Dusta adalah sifat orang munafik. Ini tampak jelas dari kebohongan mereka kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat memberikan alasan-alasan yang palsu.
- Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghukumi seseorang dengan apa yang tampak bagi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , adapun yang tersembunyi dalam hati seseorang maka Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam serahkan urusannya kepada Allâh Azza wa Jalla
- Kebaikan yang dilakukan seorang harus berdasarkan ketakwaan
- Menjauhkan Amalan yang bisa menimbulkan kemudharatan dan perpecahan
- Perang Tabuk merupakan salah satu peperangan yang paling berat yang pernah di hadapi kaum Muslimin.