Ingatkah anda kisah shahih hadits seorang pelacur yang masuk surga karena memberi minum seekor anjing yang kehausan?
Tidakkah anda berpikir? Pelacur? Anjing?
Ya, sifat kasih sayang (rahmat) itu dan berjiwa hanif. Allah Maha tahu mana hati hamba-Nya yang benar-benar memiliki sifat ini. (ingat! bukan berarti pembenaran boleh menjadi pelacur asalkan memiliki sifat kasih sayang/rahmah, kita tidak tahu bagaimana hati pelacur tersebut, mungkin dia terpaksa dan hatinya terus mengingkari dan selalu berdoa agar bisa lepas dari kubangan tersebut)
Tidak layak seorang mengaku beriman dan mukmin tetapi kasar, banyak mencela, berkata kasar, wajah sangar, sombong dan tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya.
Mengaku mukmin dan muslim harus disertai pembuktian memiliki rasa kasih sayang. Hati peka terhadap kebaikan dan peka terhadap orang yang lemah, miskin dan perlu ditolong. Kasih sayang kepada saudaranya, menginginkan kebaikan serta lembut terhadap saudaranya se-Islam.
Berikut kisahnya dalam hadits ini,
بَيْنَمَا كَلْبٌ يُطِيفُ بِرَكِيَّةٍ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ إِذْ رَأَتْهُ بَغِيٌّ مِنْ بَغَايَا بَنِي إِسْرَائِيلَ فَنَزَعَتْ مُوقَهَا فَسَقَتْهُ فَغُفِرَ لَهَا بِهِ
“Tatkala ada seekor anjing yang hampir mati karena kehausan berputar-putar mengelilingi sebuah sumur yang berisi air, tiba-tiba anjing tersebut dilihat oleh seorang wanita pezina dari kaum bani Israil, maka wanita tersebut melepaskan khufnya (sepatunya untuk turun ke sumur dan mengisi air ke sepatu tersebut-pen) lalu memberi minum kepada si anjing tersebut. Maka Allah pun mengampuni wanita tersebut karena amalannya itu”[1]
Sifat rahmah dan kasih sayang sudah dicontohkan oleh teladan kita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (At Taubah: 128)
Dan beliau juga memerintahkan agar bersifat kasih sayang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada,
إِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
“Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.”[2]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Para pengasih dan penyayang dikasihi dan di sayang oleh Ar-Rahmaan (Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang-pen), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yagn ada di langit”[3]
Al-Munaawi rahimahullah berkata,
بِصِيْغَةِ الْعُمُوْمِ يَشْمَلُ جَمِيْعَ أَصْنَافِ الخَلاَئِقِ فَيُرْحَمُ البَرّ وَالفَاجِرُ وَالنَّاطِقُ والْمُبْهَمُ وَالْوَحْشُ وَالطَّيْرُ
“Sabda Nabi (rahmatilah yang ada di bumi) dengan konteks keumuman, mencakup seluruh jenis makhluk, maka mencakup rahmat kepada orang baik, orang fajir, orang yang berbicara, orang yang bisu, hewan dan burung”[4]
Demikian semoga bermanfaat
@Markaz YPIA, Yogyakarta tercinta
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen