Tak sedikit orang pesimis untuk belajar bahasa Arab, bahkan yang lebih memprihatinkan mereka telah memvonis dirinya tidak bisa berbahasa Arab. Apa karena faktor usia sudah lebih dari kepala tiga? Karena kesibukan kerja atau karena lemahnya motivasi dalam mencintai bahasa para penduduk surga?

Saat ini telah banyak buku-buku belajar bahasa Arab dengan sistem kilat, panduan praktis belajar nahwu dan sharaf, pelatihan-pelatihan bahasa Arab. Namun realitanya sekitar 70% kaum muslimin Indonesia masih terperangah dan bingung ketika dihadapkan pada literatur berbahasa Arab.

Mengapa ?

Ya, karena kita tidak biasa berbahasa Arab, “Tak bisa karena tak biasa!”. Sederhana sekali mungkin kita akan kagum sekaligus takjub ketika mendapati seorang anak kecil bisa fasih berbahasa Arab semudah ia tersenyum! Padahal ia hidup jauh dari negeri Arab. Sebaliknya kita anggap biasa saja seorang yang sehari-harinya berbahasa Arab lantaran ia tinggal di tanah Arab.

Apa sebabnya ? Taufik dari Allah . . . kemudian faktor Habits (kebiasaan)!

 

Apa Itu Habits ?

Habits adalah sesuatu yang kita lakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu lama hingga sesuatu aktivitas tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang secara otomatis tanpa berfikir lama. Penguasaan sebuah bahasa baik pengucapan, penulisan atau pemahaman sangat dipengaruhi dengan habits ini. Orang yang sejak dini membiasakan dirinya berbahasa Arab dan itu dilakukan terus-menerus dalam waktu lama, insya Allah ia akan mahir dalam bahasa Arab, sebagaimana seorang muslim yang di akhir hayatnya mampu melafadzkan kalimat-kalimat thayyibah karena dalam hidupnya ia telah terbiasa mengucapkan dan memahami maknanya.

 

Bahasa Adalah Habits

Ada sebuah keluarga keluarga muslim yang membiasakan seluruh anggota keluarganya berbahasa Arab dalam berkomunikasi sehari-hari. Dan hasilnya subhanallah mereka kompak mempraktekkannya. Semua karena pembiasaan dan latihan yang berulang-ulang. Mereka melakukan hal-hal yang luar biasa berulang-ulang sehingga hal yang luar biasa bagi orang awam, bahasa Arab adalah biasa bagi mereka.

Seorang mukmin haruslah memilih kebiasaan yang baik sebagaimana perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan tentu faktor iman dan keikhlasan merupakan fondasi dasar kebiasaan seorang mukmin. Rajin atau malas dalam belajar merupakan sebuah kebiasaan. Disinilah agar kebiasaan itu selalu dalam ketaatan pada Allah, seorang mukmin hendaknya memilki pula motivasi dan visi untuk apa menguasai bahasa Arab, hingga ketika kesulitan datang ia justru bertambah semangat.

Ada 2 faktor dominan agar seseorang menguasai bahasa Arab, keduanya membutuhkan pembiasaan (habits) :

Pertama : Practice ( latihan)

Kedua : Repetitian ( pengulangan)

Dengan terus belajar tanpa putus asa diimbangi muraja’ah (pengulangan), niscaya anda akan memahami dan mahir bahasa Arab. Tak ada cara instan menjadi ‘alim!

Sebagaimana nasehat Imam Syafi’i rahimahullah :

Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6 syarat: dengan kecerdasan, menuntutnya dengan semangat, dengan kesungguhan, dengan memilki bekal, bersama pembimbing, serta waktu yang lama”.

Biasanya, untuk membentuk kebiasaan dalam berbahasa Arab, awalnya memang terasa berat, butuh perjuangan dan kesungguhan bahkan pemaksaan. Namun ketika aktivitas istimewa ini dilakukan berkesinambungan, insya Allah anda mulai menikmatinya dan merasa nyaman.

Ada sebuah kekhawatiran sudah bertahun-tahun belajar bahasa Arab, kok belum bisa-bisa? Terkadang orang bisa memahami saat orang lain berbicara bahasa Arab, namun ia sendiri sangat sulit menjawab pertanyaan dengan bahasa Arab. Mendengar dan berbicara merupakan dua skill yang berbeda, semua membutuhkan pembiasaan.

Ada dua kemungkinan mengapa seolah-olah mustahil menguasai bahasa Arab, karena repetisinya kurang layak alias kurang dalam latihan dan muraja’ah, atau mungkin karena faktor lemahnya kecerdasan. Tak masalah, selama asa untuk bisa tetap ada dan tetap antusias!

 

Inilah point penting yang dinilai Allah. Manusia hanya menjalani proses sebagaimana kemampuannya dan semua kesulitannya akan berbuah pahala dan kecintaan-Nya.

 

Selagi ada kesempatan, jangan pernah sia-siakan dan menundanya. Segeralah membentuk habits untuk memahami bahasa yag mulia ini. Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses, insya Allah.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *