Membantah dan menjelaskan kesalahan suatu pemahaman yang salah atau pemahaman yang menyimpang merupakan bagian dari amar ma’ruf nahi mungkar. Sehingga tujuan dari bantahan tersebut adalah untuk melakukan perbaikan di tengah masyarakat dan menjaga mereka dari kesalahan atau pemahaman yang keliru. Namun terkadang, dalam membuat bantahan, seseorang berlaku melebihi batas, sehingga hasilnya bukanlah perbaikan yang dicapai namun kerusakan yang terjadi, pada dirinya sendiri atau pun pada masyarakat.
Maka perlu diketahui ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan bersama dalam membuat bantahan :
1. Ketika akan membuat bantahan luruskan niat, bukan karena dendam atau ingin mencari popularitas
Niatkan untuk memperbaiki dan meluruskan agar pemahaman agama masyarakat tidak salah, bukan juga karena dendam dan ingin mempermalukan lawan dimuka umum dan menunjukkan dia berilmu. Bukan juga juga ingin mencari popularitas, membantah tokoh terkenal tertentu agar namanya dikenal. Karena memang materi “bantah-membantah” adalah materi yang laris-manis.
Perhatikan bagaimana bantah-bantahan antara Nabi Syu’aib ‘alaihissalam dan kaumnya. Kaum Nabi Syu’aib mempunyai syubhat:
قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ إِنَّكَ لَأَنْتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ
“Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal”“.
Perhatikan bantahan Nabi Syu’aib ‘alaihissalam:
قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Syu’aib berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud: 87-88).
Dalam ayat ini, tujuan Nabi Syu’aib dalam membantah adalah untuk melakukan ishlah (perbaikan), bukan untuk tujuan duniawi atau menjadi popularitas.
Perhatikan juga bahwa kaum muslimin itu bersaudara, jika ingin membantah dan mengkritik maka kritik dan bantahlah pendapatnya tetapi tetap hormati orangnya.
Betapa indahnya sebuah perkataan,
انتقد القول ولكن احترم القائل فـإن مهنتنا أن تقضي على المرض وليس المريض
“Kritiklah pendapatnya namun tetap hormati orangnya, karena tugas kita adalah menyingkirkan penyakit bukan menyingkirkan orangnya”.
Membantah orang kafir juga tetap dengan adab dan kata-kata yang baik, karena itulah akhlak ajaran Islam.
2. Yang membuat bantahan hendaknya sudah ahli dan berilmu
Jika tidak cukup berilmu bisa jadi ia sampai panik, karena bantahannya dibantah lagi dengan lebih ilmiah dan diapun kebingungan karena tidak cukup berilmu dalam hal ini. Hendaknya ketika akan membantah atau mengkritik seorang di depan umum (semisal media sosial) ia melihat kadar kemampuan dirinya.
Syaikh Muhammad Bazmul hafizhahullah menjelaskan:
من منهجهم إذا انتشرت البدعة، وكان لأصحابها شبهاً تعلقوا فيها بآيات وأحاديث، أن يهتموا بالرد والبيان، دون الدخول في القضايا العقلية البحتة، وهذا منهم لأن من وظيفة العلماء بيان القرآن والسنة وإزالة شبه الاستدلال الباطل عنهما
“diantara manhaj para salaf, ketika tersebar suatu kebid’ahan, dan syubhat yang dibuat oleh ahlul bid’ah itu terkait dengan suatu ayat atau hadits, maka para salaf bersemangat untuk membantahnya dan menjelaskan perkaranya (dengan dalil) tidak semata-mata menggunakan argumentasi yang murni logika semata. Inilah manhajnya para ulama. Karena memang di antara tugas para ulama adalah menjelaskan Al Qur’an dan As Sunnah serta menghilangkan syubhat dalam pendalilan yang batil dari keduanya”1
3. Jangan sampai “promosi gratis” yang dibantah menjadi terkenal dan tulisannya menjadi diketahui orang banyak
Sebelumnya tulisan yang berisi syubhat dan bahaya bagi umat Islam tidak diketahui orang banyak, tetapi karena dibantah, malah tulisannya jadi terkenal dan diapun jadi terkenal. Kaum muslimin tidak semuanya kokoh aqidahnya, bisa jadi sebagian mereka malah terkena “syubhat” tulisan tersebut dan lebih masuk logikanya yang awam.
Teringat kejadian seorang liberal yang membuat tulisan “aneh dan nyeleneh serta bahaya bagi aqidah umat” kemudian ia menghubungi seorang ustadz agar membantah tulisannya. Karena ia tahu, semakin banyak yang bantah, semakin terkenal tulisannya.
Ini yang disebut berbuat “aneh dan nyeleneh” agar terkenal. Orang Arab berkata:
ﺑﺎﻝ ﻓﻲ ﺯﻣﺰﻡ ﻟﻴﺸﺘﻬﺮ
“Dia mengencingi sumur Zam-zam agar terkenal”.
Syaikh Muhammad Umar Bazmul hafizhahullah menjelaskan:
أن لا يورد من الشبه إلا ما هو بين الناس، فتتكلم وتعالج الواقع، وإلا كان في ذلك المزيد من إحداث البلبلة والفتن التي لا تنبغي بين المسلمين
“hendaknya tidak membantah syubhat kecuali yang sudah menyebar di tengah manusia. Sehingga pembicaraan anda mengenai syubhat tersebut dapat memperbaiki keadaan. Jika syubhat tersebut belum dikenal oleh manusia, justru itu akan menambah kebingungan dan fitnah (kerusakan) di tengah manusia yang semestinya tidak terjadi pada kaum Muslimin”2.
4. Renungkanlah, berapa banyak yang dibantah di muka umum (semisal di media sosial) kemudian ia bertaubat?
Jawabannya: sangat sedikit. Bahkan mungkin tidak ada. Karena memang nasehat dan memperbaiki itu hukum asalnya secara rahasia dan empat mata. Seorang ulama berkata,
ما رأيت على رجل خطأ، إلا سترته، وأحببت أن أزين أمره، وما استقبلت رجلا في وجهه بأمر يكرهه، ولكن أبين له خطأه فيما بيني وبينه، فإن قبل ذلك، وإلا تركته
“Tidaklah aku lihat kesalahan seseorang(saudara se-Islam), kecuali aku menutupinya, aku senang untuk memperindah urusan dirinya.
Tidaklah aku menjumpai seseorang dengan hal yang dia benci di hadapannya, kecualiaku jelaskan kesalahannya (secara sembunyi-sembunyi), hanya antara aku dan dia
Jika dia menerima penjelasanku (maka itu lebih baik), dan jika dia tidak menerima ucapanku, maka aku membiarkannya” 3.
Jadi benar-benar harus dipertimbangkan mashalat dan mafsadat membantah di depan umum (sosmed), jika memang mashalahat maka lakukanlah disertai berdoa.
5. Bisa jadi bantahan di depan umum membuat orang awam dan kaum muslimin bingung
Tidak semua materi itu menjadi konsumsi publik dan umum. Ada beberapa hal yang harus ditahan dulu penyebarannya dan dikeluarkan secara tepat waktunya dan bijak. Karenanya orang yang menyampaikan semua yang didengar adalah berdusta dalam hadits. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
كَفَى بِالْمَرْء كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang dikatakan berdusta bila menceritakan segala hal yang ia dengar” 4.
6. Membuat bantahan dan terlalu sering berbantah-bantahan akan membuat keras hati dan lalai dengan dakwah lainnya yaitu dakwah tauhid, aqidah dan akhlak kepada umat
Allah berfirman agar kita jangan sering bantah-membantah. Allah berfirman,
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Anfal : 46)
Jika kita lihat para ulama teladan kita, mereka sangat sedikit membuat bantahan, mereka lebih sibuk menulis ilmu dan mendidik umat.
Imam Malik berkata,
المراء والجدال في العلم يذهب بنور العلم من قلب العبد. وقال إنه يقسي القلب ويورث الضغن
“Berbantah-bantahan dan perdebatan akan menghilangkan ilmu dari hati hamba. Sesungguhnya ia mengeraskan hati dan membuahkan permusuhan”5.
Demikianlah, hendaknya kita bijak dan benar-benar mempertimbangkan ketika akan membuat bantahan dan dipublikasikan di depan umum.
***