Thaha dan Yasin merupakan nama yang populer di negeri kita, diantaranya karena bait syair shalawat berikut ini :
Shalaatullah salaamullah
‘Ala Thaha Rasuulillah
Shalatullah salamullah
‘Ala Yasin Habibillah
Diantara yang menyebutkan hal ini dalam kitab Asy Syifaa karya Al Qadhi ‘Iyadh (1146) :
وقد روي عنه صلى الله عليه وسلم: لي عشرة أسماء وذكر منها: طه ويس حكاه مكي، وقد قيل في بعض تفاسير طه: إنه يا طاهر ياهادي، وفي يس: يا سيد، حكاه السلمي عن الواسطي، وجعفر بن محمد… وروى النقَّاش عنه صلى الله عليه وسلم: ولي في القرآن سبعة أسماء: محمد وأحمد وطه ويس و…
Telah diriwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aku memiliki sepuluh nama dan diantaranya : Thaha dan Yasin..’ diriwayatkan oleh Makkiy. Disebutkan juga bahwa sebagian tafsir tentang nama Thaha ialah : Yaa Thahiru Yaa Haadii. Adapun Yasin : Yaa Sayyidi, diceritakan oleh As Sulami dari Al Wasithi, dan Ja’far ibn Muhammad. Diriwayatkan oleh An Naqqaas dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Namaku dalam Al Qur’an ada tujuh : Muhammad, Ahmad, Thaha, Yasin,…’ -selesai kutipan-
Namun Al Qadhi ‘Iyadh meriwayatkan dengan shighat tamridh (kalimat pasif) karena beberapa perawinya yang majhul (tidak dikenal), artinya riwayat tersebut tidak didapati dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Tuhfatul Maudud,
وأما ما يذكره العوام أن يس وطه من أسماء النبي صلى الله عليه وسلم فغير صحيح ولا حسن ولا مرسل، ولا أثر عن صاحب، وإنما هذه الحروف مثل: الم، وحم، والمر، والر ونحوها.
“Adapun yang disebutkan orang awam bahwasanya Yasin dan Thoha ialah nama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka tidaklah shahih, tidak pula hasan, tidak pula mursal, bukan pula merupakan atsar shahabat. (Thaha dan Yasin) ialah huruf (muqatha’ah) seperti Alif Lam Mim, Haa Miim, Alif Lam Ra, dan sejenisnya”
Abdurrahman ibn Nashir As Sa’diy rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya (1/501),
طه : من جملة الحروف المقطعة ، المفتتح بها كثير من السور ، وليست اسماً للنبي صلى الله عليه وسلم
“Thaha termasuk huruf muqatha’ah, yang menjadi pembuka bagi banyak surat dalam Al Qur’an. Bukan nama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam”
Syaikh Ibn Baz rahimahullah menjelaskan, “Thaha dan Yasin bukanlah nama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menurut pendapat yang paling shahih diantara pendapat para ulama. Bahkan keduanya merupakan huruf muqatha’ah yang membuka surat-surat dalam Al Qur’an semisal ‘shad’, ‘qaaf’, ‘nuun’ dan sebagainya” (Majmu’ Al Fatawa 18/54)
Syaikh Muhammad ibn Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Thaha ialah dua huruf hijaiyah tersusun dari ‘Tha’ dan ‘Ha’ dan bukanlah termasuk nama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana persangkaan sebagian orang. Bahkan ia termasuk dalam huruf hijaiyah yang menjadi pembuka sebagian surat-surat yang mulia dalam kitab yang agung Al Qur’an. Adapun maknanya tidak ada karena Al Qur’an turun dalam bahasa Arab yang tidak menjadikan setiap huruf tersendiri memiliki makna kecuali apabila tersusun dalam satu kalimat utuh. Akan tetapi adanya huruf tersebut adalah tantangan yang agung bagi para pendusta dakwah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang tidak mampu mendatangkan sesuatu pun semisal Al Qur’an, tidak berupa satu surat, 10 ayat, ataupun 1 ayat saja.” (Syarh Riyadhus Shalihin bab Al Iqtishad fi At Tha’ah).
Beliau juga menjelaskan dalam Syarh Nazham Al Waraqat fi Ushul Al Fiqh (hal. 141-142), “Disini kami akan berargumen tentang pendapat penulis rahimahullah bahwa Thaha termasuk nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan ini adalah pendapat yang tidak shahih baik secara logika maupun atsar.
Secara atsar, karena tidak adanya penukilan dari hadits shahih, tidak pula dhaif, bahwasanya diantara nama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ialah Thaha.
Secara logika, bahwa Thaha tersusun dari dua huruf hijaiyah. Sementara huruf hijaiyah -bila berdiri sendiri- tidak memiliki makna apapun. Padahal telah diketahui bahwasanya nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam seluruhnya mengandung makna-makna. Nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bukanlah sekedar nama yang tanpa makna, bahkan seluruh nama beliau mengandung makna dan gelar.
Sementara nama-nama kita saat ini hanyalah sekedar nama, kita namai anak kita misalnya Abdullah namun ternyata dia hamba Allah yang paling suka berbuat kerusakan (na’udzubillahi min dzalik). Jadilah nama itu sekedar nama saja, seperti batu yang berada di puncak gunung hanya sebagai pertanda bahwa ada jalan menuju ke sana saja.
Adapun nama-nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam seluruhnya memiliki makna dan sifat, begitu pula nama-nama Allah Ta’ala, begitu pula dengan nama-nama dalam Al Qur’an seluruhnya memiliki makna dan sifat. Berbeda dengan ‘Thaha’ yang tidak memiliki sifat tertentu.
Sehingga tidaklah shahih secara logika bahwa ‘Thaha’ ialah nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Apabila ada yang bertanya, ‘Bagaimana dengan firman Allah Ta’ala,
{ طــه ـ ما أنزلنا عليك القرآن لتشقى }
“Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah” (QS Thaha : 1)
Bukankah ini seruan yang artinya, ‘Wahai Thaha, Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah” ?
Kita katakan : kalau begitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bernama Alif Lam Mim Shad ! Karena Allah Ta’ala berfirman,
{ الــمص * كتاب أنزل إليك فلا يكن في صدرك حرج منه }
“Alif Lam Mim Shad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya” (QS. Al A’raaf : 2)
Lalu apakah nama beliau Alif Lam Mim Shad ?!
Poinnya, bahwa Thaha bukanlah termasuk nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan tidaklah shahih pendapat yang mengatakannya sebagai nama beliau, baik secara atsar maupun logika” [selesai kutipan].
Wallahu ta’ala a’lam.