Mengapa MUI Difitnah..?!
Beberapa hari ini tersebar sebuah pernyataan yang mengatasnamakan Majelis Ulama Indonesia [MUI] yang berisi nama-nama para Ustadz yang dituduh berpemahaman Takfiri, jumlah mereka ada 70 Ustadz.
Pihak MUI daerah dan pusat telah mengklarifikasi bahwa pernyataan tersebut adalah kebohongan dan fitnah atas nama MUI.
Lucunya, Musa hafidh cilik yang berusia 7 tahun dan telah mengharumkan nama Indonesia di dunia Internasional juga dimasukkan dalam jajaran Ustadz yang dituduh berpemahaman Takfiri.
Nama saya juga dimasukkan, akan tetapi bagi saya sendiri itu adalah diantara bentuk promosi karena berdasar pengalaman selama ini semua fitnah yang diarahkan ke saya selalu berbuah simpati dan dukungan, alhamdulillah.
Permasalahannya sekarang adalah membawa-bawa nama institusi terhormat MUI untuk fitnah dan kebohongan, ini adalah sebuah tindakan kriminal dan makar yang berdampak memecahbelah dan mengacaukan NKRI.
Siapa tukang fitnah tersebut..?!
Siapapun pelakunya harus segera diusut dan diproses secara hukum untuk mendapatkan balasan setimpal dari perbuatannya.
Anehnya, tidak sedikit yang ikut menyebarkan fitnah tersebut tanpa melakukan tabayyun atau meneliti kebenarannya.
Hendaklah kita berhati-hati dari mempercayai berita apa saja atau menukil perkataan apa saja yang kita belum yakin darinya.
Janganlah segala sesuatu yang kita lihat atau dengar itu langsung kita percaya, tapi tenang dulu dan jangan terburu-buru.
Ada dua tahapan yang harus kita lakukan jika kita mendapat berita:
1. Kita teliti kebenarannya. Jika tidak benar maka langsung kita buang dan kita beritahu orang yang menyebarkannya tentang ketidakbenaran berita tersebut.
2. Jika terbukti benar maka perlu kita pertimbangkan manfaat dan madharatnya jika kita menyebarkannya. Jika bermanfaat maka kita sebarkan, dan jika tidak bermanfaat bahkan bermadharat maka tidak kita sebarkan.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
[QS 49 Al-Hujurat, ayat 6]
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Cukuplah bagi seseorang itu suatu dosa (kebohongan) jika ia menceritakan semua yang ia dengar”.
[Hadits Shahih, riwayat Muslim]
Sungguh miris dan sedih kita saksikan keadaan kaum muslimin yang sudah parah seperti ini.
Menuduh sesama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dengan tuduhan Takfiri adalah tuduhan yang dahsyat dan pelakunya pasti diminta bertanggungjawab dihadapan Allah atas semua tuduhan tersebut sehingga dikhawatirkan pelakunya menjadi orang yang “muflis” atau bangkrut pada hari kiamat nanti karena banyaknya kedzaliman yang harus ia bayarkan dan tebus.
Ingat, menuduh dan bahkan memvonis sesat itu adalah perkara besar dan dahsyat..!
Sudah siapkah kita untuk bertanggung jawab di hadapan Allah atas tuduhan tersebut..?!
Mari berfikir sebelum terlambat.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
[QS Al Hujuraat ayat 12]
Adz-dzan adalah prasangka. Hukumnya dosa jika berprasangka buruk kepada saudara kita tanpa ada alasan apapun, apalagi kepada orang yang tidak tahu menahu tentang keburukan yang kita sangka-kan kepadanya.
Dalam ayat tersebut diatas ada tiga tahapan keburukan:
1. Berprasangka buruk kepada orang lain.
2. Mencari-cari keburukannya untuk membenarkan prasangka buruk tersebut.
3. Meng-ghibah-nya atau menggunjingnya.
Definisi Ghibah
Ghibah atau menggunjing adalah menceritakan tentang orang lain yang orang tersebut tidak suka jika hal itu kita ceritakan walaupun benar adanya, demikian definisi ghibah seperti dijelaskan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Salam dalam hadits shahih.
Syarat Taubat dari Ghibah atau Fitnah..
1. Menyesali perbuatannya dan memohon ampun serta taubat kepada Allah.
2. Meminta maaf kepada orang yang telah di-ghibahnya.
3. Mengakui kesalahannya dan mencabut semua fitnahannya serta merehabilitasi nama baik orang yang telah difitnah.
4. Berdoa kebaikan dan memuji orang yang telah di-ghibahnya.
5. Tidak berbuat seperti itu lagi dan berjanji tidak akan mengulangi lagi selamanya.
Renungan Tentang Ghibah..
“Perumpamaan orang yang meng-ghibah (menggunjing) orang lain adalah seperti orang yang memasang ketepel besar, lalu ia melemparkan (membuang) kebaikan-kebaikannya dengan ketepel itu ke kanan dan ke kiri, ke timur dan ke barat (sehingga kebaikannya habis)”.
[Ibnul Jauzi dalam Bahrud Dumu’ hlm 131]
Menyikapi Orang Yang Meng-Ghibah Kita..
Seseorang datang kepada Al-Hasan Al-Basri seraya berkata: Sesungguhnya si fulan telah meng-ghibah-mu.
Maka Al-Hasan Al-Basri mengirimkan kepada orang yang telah meng-ghibah-nya tersebut satu wadah ruthob [kurma segar yang lezat] seraya berkata: “Telah sampai berita kepadaku bahwa anda menghadiahkan untukku kebaikan-kebaikan anda, maka aku ingin membalas anda atasnya, tapi mohon maaf karena aku tidak bisa membalas anda dengan sempurna”.
Orang Bangkrut dan Pailit yang Sebenarnya
Diceritakan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Salam dalam hadits shahih bahwa ada umat Beliau yang bangkrut dan pailit pada hari kiamat nanti dikarenakan pahala kebaikannya diambil untuk melunasi kedzalimannya sehingga dosanya bertambah banyak dan ia dilempar ke neraka, diantara mereka adalah orang yang suka meng-ghibah orang lain.
Kepada para tukang fitnah, takutlah kalian kepada Allah dan bertaubatlah kepadaNya serta meminta maaf dan merehabilitasi nama baik orang yang telah kalian fitnah. Ingat, Allah tidak pernah tidur..! Segeralah bertaubat sebelum terlambat, sebelum kalian di-adzab dikuburan dan bangkrut pada hari kiamat dibakar di neraka.
Ya Allah, hamba telah menyampaikan, saksikanlah..!!!
Ditulis pada hari Senin 06 Syawal 1437 / 11 Juli 2016 ba’da shalat Shubuh.
Hamba Allah yang selalu berharap petunjuk, ampunan dan kasih sayangNya, juga selalu berdoa dan berharap mati husnul khotimah diatas Islam dan Sunnah