Imam Ayyub As-Sakhtiyani pernah mengatakan, “
لا تعرف خطأ شيخك حتى تجالس غيره
“Engkau tidak akan mengetahui kesalahan gurumu hingga engkau duduk (belajar) pada guru yang lain”
Catatan:
Itulah diantara alasan mengapa penuntut ilmu zaman dahulu tidak hanya berguru pada satu ulama saja. Mereka belajar kepada banyak ulama di berbagai penjuru negeri. Dengan begitu wawasan keilmuan mereka bertambah.
Perjalanan jauh yang mengharuskan mereka berinteraksi dengan beragam pandangan, kultur dan budaya secara otomatis juga mempengaruhi karakter keilmuan dan kepribadian mereka.
Semakin berilmu semakin bijak.
Dosen kami pernah mengisahkan bahwa, “Imam An-Nasa’i berguru kepada Imam Qutaibah bin Said selama 1,2 tahun. Mulazamah yang cukup lama untuk hitungan seorang muhaddits di zaman itu. Hingga akhirnya Imam Qutaibah berkata kepadanya, “Pergilah menuntut ilmu ke tempat lain, sudah tidak ada lagi yang bisa kau ambil dariku*”
Begitulah.. Mereka saling memotivasi agar melakukan pengembaraan dalam menuntut ilmu. Jadi jangan heran bila kultus individu sangat jarang kita temukan dalam biografi mereka. Seorang Ahmad tak merasa berat bila harus menyelisihi seorang Syafi’i.
Semoga Allah merahmati segenap ulama kaum muslimin. Baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
Catatan:
* Kisah Imam An-Nasa’i diatas kami dengarkan langsung dari Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad -hafizhahullah- saat mata kuliah Sunan An-Nasa’i