Sore itu rangkaian kendaraan presiden sedang antri menuju istiqlal. Seperti biasa, jelang buka puasa di Jakarta jalanan benar-benar macet.
Di tengah kemacetan sang presiden mencoba turun dan menyalami para polantas yang sedang bertarung mengurai kemacetan.
Tiba-tiba beliau memberi isyarat ke arah mobil staf yang berada diurutan kesebelas rangkaian kendaraan kepresidenan. Rupanya beliau meminta agar para staf membagi-bagikan ta’jil yang sudah disiapkan.
Kulihat kalender Hijry menunjukkan tanggal 20 ramadhan.
Di istiqlal ada apa yaa..? “Gumanku”. Kuputuskan untuk mengikuti arus mobil kepresidenan dari belakang. Tepat pukul 17:20 WIB iring-iringan presiden tiba di tempat.
Di pintu utama masjid istiqlal presiden disambut oleh para pejabat negara.
Tampak para mentri dan ulama menyatu dalam barisan rapi menyambut kedatangan sang ulil amri.
“Sepertinya akan ada buka bersama .” Gumanku lagi…
Namun dari kejauhan, terlihat ajudan presiden mengeluarkan satu persatu isi mobil kepresidenan.
Rupanya ada selimut, bantal dan perlengkapan tidur lainnya.
“Ada apa yaa..?
Ke masjid kok bawa-bawa perlengkapan tidur segala”
Acara jelang bukapun dimulai, saya duduk di shaf paling belakang.
Kini tibalah giliran bapak presiden menyampaikan sambutan.
“Assalamualaikum warahmatullah wa barakaatuh..
Hadirin sekalian…
Tak terasa kita tengah berada pada hari ke 20 bulan ramadhan..
Itu artinya malam ini kita akan memasuki 10 hari terakhir ramadhan.
Kita ketahui bersama bahwa pada 10 malam terakhir dari bulan suci ramadhan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah.
Beliau mengencangkan ikat pinggangnya sebagi isyarat bahwa beliau akan menjauhi keduaniaannya untuk sementara waktu. Beliau melakukan i’tikaf, sebuah sunnah yang seolah tergantikan dengan budaya mudik lembaran.
Maka mulai malam ini -insyaallah-
Saya selaku presiden RI dan pejabat tinggi negara lainnya akan melakukan i’tikaf di masjid yang kita cintai ini..
Saya berharap agar program i’tikaf ini terus berkelanjutan di tahun-tahun yang akan datang, guna mewujudkan program revolusi mental yang sudah kita canangkan.
Saya menyadari bahwa revolusi mental takkan terwujud bila hati kita sebagai pemikul amanah rakyat kering dari keimaman dan ketakwaan.
Saya juga menyadari bahwa dalam menjalankan roda pemerintahan, kita tidak boleh bertumpu pada kekuatan dan kemampuan diri sendiri, kita perlu meminta agar dikuatkan dalam segala hal. Kuat fisik, kuat mental dan kuat imtak.
Dan kinilah saatnya kita meminta semua kekuatan itu dengan hati khusyuk dalam khidmatnya i’tikaf.
Melalui mimbar ini juga, saya menghimbau kepada seluruh kepala-kepala daerah agar melakukan program yang sama.
Bila perlu, dana i’tikaf dimasukkan dalam rencana angggaran belanja daerah.
Hal ini demi terwujudnya baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur yang kita cita-citakan bersama..
Sekian..
Selamat berbuka puasa..
Semoga kita semua meraih malam lailatul qadr..
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh..
……………
Akupun tersadar dari lamunanku..
Ah.. Andai semua itu terjadi di kehidupan nyata..
Semoga Allah selalu menjaga para pemimpin kita.
“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik.
Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin.
Ya Allah, bantulah mereka agar dapat menunaikan tugasnya sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam.
Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan merusak.
Jauhkan mereka dari para pendikte kebijakan yang merugikan islam dan kaum muslimin.
Juga dekatkanlah orang-orang yang baik sebagai pemberi nasihat kepada mereka, wahai Rabb semesta alam.
Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”
Amin…