Kebanyakan Penghuni Neraka Adalah Wanita
Duhai muslimah, engkau tahu kebanyakan penghuni neraka adalah dirimu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkannya padamu sejak 14 abad yang lalu. Mengapa begitu banyak para wanita yang menjadi penghuni neraka? Hal itu dikarenakan kebanyakan dari mereka tidak mensyukuri nafkah yang diberikan oleh suami mereka, mereka mengingkari kebaikan yang telah diberikan oleh suami.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يا معشرَ النِّساءِ ! تصدَّقْن وأَكْثِرْن الاستغفارَ . فإني رأيتُكنَّ أكثرَ أهلِ النارِ . فقالت امرأةٌ منهن ، جَزْلَةٌ : وما لنا يا رسولَ اللهِ أكثرُ أهل ِالنارِ . قال : تُكْثِرْن َالَّلعْنَ . وتَكْفُرْنَ العشيرَ
‘Wahai kaum wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah istighfar karena aku melihat penghuni neraka terbanyak adalah (kaum) kalian.’ Kemudian diantara mereka ada seorang wanita berpantat besar bertanya, ‘Kenapa (kaum) kami menghuni sebagian besar neraka?’ Beliau menjawab, ‘Karena kalian sering melaknat dan mengingkari (kebaikan) suami.’” (HR Muslim)
Saudariku, banyak para wanita ketika suami berlelah-lelah dalam menafkahi mereka dan anak-anaknya, rela berkerja keras, menahan peluh, agar diri mereka dan anak-anaknya masih bisa makan dan bertahan hidup, namun apa yang terjadi.. mereka tidak menghargai kebaikan yang telah diberikan suami.
وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya, ‘Mengapa (demikian) wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam?’ Beliau shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, ‘Karena kekufuran mereka.’ Kemudian ditanya lagi, ‘Apakah mereka kufur kepada Allah?’ Beliau menjawab, ‘Mereka kufur terhadap suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari, no. 105 2 , dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
Ya akhawatii.. Kita diciptakan di dunia ini untuk beribadah kepada Allah, taat atas perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Mereka para suami, terkadang disaat punya masalah yang amat besar, mereka menyembunyikannya dari istrinya. Terkadang, disaat sedang lelahnya bekerja, disaat uang yang didapat tidak mencukupi kebutuhan, namun raga mereka sudah terlalu penat untuk mencarinya lagi, mereka pulang ke rumah berharap ada bidadari yang menyambutnya dengan senyuman yang indah, berharap dengan penghasilan yang seadanya, sang istri menghiburnya dan menerima apapun penghasilan suami tanpa memperhatikan seberapa jumlahnya.
Apa salah satu kunci solusi dari permasalahan di atas? Iya, bersikaplah qana’ah saudariku, qana’ah akan memuliakanmu, melapangkan dadamu, melonggarkan pikiranmu.
Hakekat Qana’ah
Dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al ’Ash, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ
”Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah no. 4138, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Seberapapun rizki yang Allah beri, kita merasa cukup dan bertambah bersyukur atas rizki tersebut. Makan seadanya, rumah yang sederhana dan tak megah, semua itu adalah nikmat yang telah Allah beri kepada kita. Allah mengetahui apa-apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Apapun yang engkau makan, asal itu halal dan baik, dan dapat menegakkan punggungmu untuk melaksanakan shalat, bersyukurlah. Allah masih menguatkan dirimu tegak beribadah kepada-Nya. Bukankah Allah telah menjamin rizki para hamba-Nya? Namun, mengapa tetap risau ya akhawati?
Al Hasan Al Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Apa Rahasia di dalam zuhudmu di dalam dunia?” Beliau menjawab,
علمت بأن رزقي لن يأخذه غيري فاطمئن قلبي له , وعلمت بأن عملي لا يقوم به غيري فاشتغلت به , وعلمت أن الله مطلع علي فاستحيت أن أقابله على معصية , وعلمت أن الموت ينتظرني فأعددت الزاد للقاء الله
“Aku mengetahui bahwa rezekiku tidak akan pernah ada yang mengambilnya selainku, maka tenanglah hatiku untuknya, dan aku mengetahui bahwa ilmuku tidak akan ada yang melaksanakannya selainku, maka aku menyibukkan diri dengannya, aku mengetahui bahwa Allah mengawasiku, maka aku malu berhadapan dengannya dalam keadaan maksiat, aku mengetahui bahwa kematian menghadangku, maka aku telah siapkan untuk bekal bertemu dengan Allah.”
Dari Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
قَدْ أفْلَحَ مَنْ أسْلَمَ وَرُزِقُ كَفَا فًا، وَ قَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ
“Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rizki yang sekedar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baghawy)
Hakekat Dunia
Ketahuilah saudariku, terkadang banyak para wanita yang kufur terhadap kebaikan suami adalah memandang tinggi dunia. Mereka melihat dunia seperti gemerlapnya cahaya yang bersinar, melihat dunia seakan-akan mereka akan kekal di dalamnya. Sungguh saudariku, tengoklah dunia yang banyak kita agungkan melalui sebuah hadist yang amat mengena, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا الدُّنْيَا فِيْ اْلاَخِرَةِ إلاَّ كَمِثْلِ مَا يَجْعَلُ أحَدُكُمْ إصْبَعَهُ فِيْ الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ
“Dunia ini dibanding akhirat tiada lain hanyalah seperti jika seseorang di antara kalian mencelupkan jarinya ke lautan, maka hendaklah dia melihat air yang menempel di jarinya setelah dia menariknya kembali.” (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah)
Sekarang, masihkah menginginkan dunia yang lebih ketika sudah mengetahui hakekat dunia di mata Allah?
Lihatlah kebawah, hindarkan terus menerus mendongakkan kepala ke atas, melihat ke atas seakan-seakan Allah lebih memberi kenikmatan kepadanya. Inilah salah satu penyebab mengapa banyak dari manusia yang begitu mencintai harta dunia, karena mereka tidak pernah sedikitpun melihat ke bawah, bahwa ternyata masih banyak orang yang lebih kesusahan dibanding dirinya. Namun dirinya yang tidak bersyukur kepada Allah, menjerumuskannya ke dalam sikap mencela nikmat yang Allah beri dan kecintaan yang berlebihan kepada hal-hal yang bersifat duniawi.
“Lihatlah orang yang dibawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian.” (Diriwayatkan Muslim dan At-Tirmidzy)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan,
إذا رأى أحدكم مَنْ فوقه في المال والحسب فلينظر إلى من هو دونه في المال والحسب
“Jika engkau melihat seorang yang memiliki harta dan kedudukan yang melebihimu, maka lihatlah orang yang berada di bawahmu” (Shahih. HR. Ibnu Hibban).
Beliau juga mengatakan,
انظروا إلى من أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم؛ فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله
“Perhatikanlah mereka yang kondisi ekonominya berada di bawahmu dan janganlah engkau perhatikan mereka yang kondisi ekonominya berada di atasmu. Niscaya hal itu akan membuat dirimu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepadamu” (Shahih. HR. Bukhari dan Muslim).
Kemuliaan Sifat Qana’ah
Qana’ah adalah salah satu bentuk yang dapat menimbulkan rasa syukur kepada Allah, qana’ah terhadap apa yang Allah beri, merasa cukup dan pasrah atas segala ketetapan-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كن ورعًا تكن أعبد الناس، وكن قنعًا تكن أشكر الناس
“Jadilah seorang yang wara’, niscaya engkau menjadi manusia yang paling baik dalam beribadah. Dan jadilah seorang yang qana’ah, niscaya engkau menjadi manusia yang paling bersyukur” (Shahih. HR. Ibnu Majah).
Ahli hikmah mengatakan,
وجدت أطول الناس غمًّا الحسود، وأهنأهم عيشًا القنوع
“Saya menjumpai bahwa orang yang paling banyak berduka adalah mereka yang ditimpa penyakit dengki. Dan yang paling tenang kehidupannya adalah mereka yang dianugerahi sifat qana’ah” (Ihya ‘Uluum ad-Diin).
Bersykurlah atas segala nikmat yang Allah berikan, semua yang Allah tetapkan adalah yang terbaik bagi hamba-Nya. Tidaklah hati menjadi lapang, jika terisi dengan sifat qana’ah, tidaklah pikiran menjadi tenang, jika syukur selalu tertambat, tidaklah kehidupan akan tenteram, jika hati lapang dengan merasa cukup atas segalan nikmat Allah.