Allah berfirman di dalam surat Al-Fajr ayat 25:
فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ
Pada hari itu (hari kiamat) ketika Rab mulai menyiksa manusia. Allah mengatakan,
لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ
Tidak ada seorangpun yang bisa menyiksa lebih pedih dari siksa Allah.
Sebagian Ahli tafsir mengatakan bahwa pada hari kiamat di hadapan seluruh manusia, seluruh manusia berkumpul di sana (di padang masyar). Lalu Allah tantang seluruh psikopat-sikopat dunia, seluruh penguasa-penguasa terkejam, sipir-sipir penjara yang memiliki siksaan paling kejam sipernya Abu Gurait, Buantanamo. Itu dipanggil-panggil sama Allah. Lalu Allah tantang mereka, “Coba anda buat siksa yang paling kejam menurut anda”. Lalu semuanya mengeluarkan idenya masing-masing. Dan ketika mereka melihat neraka. Ternyata tidak ada seorang pun yang bisa mengadzab lebih pedih dari pada adzah Allah. Tidak ada. Semua gagal.
Allah kasih konteks ‘Siapa yang bisa nyiksa manusia paling pedih terserah. Mau dikuliti, Mau dimutilasi, Mau di injak-injak. Ternyata semuanya gagal tidak ada yang lebih pedih dari adzab neraka.
Allahu Akbar…
Kalau ini yang terjadi dan di alami orang kafir yang paling menderita di dunia, bagaimana dengan kita. Masihkah kita menjual ayat-ayat Allah? Menjual kesempatan yang Allah sudah berikan untuk kita?Menelantarkan iman! Anugerah yang paling berharga di dunia. Hanya gara-gara dunia yang gak ada apa-apanya.
Hadirin, kita belum dituntut banyak di Indonesia, kita hanya diminta jaga sholat, puasa, bagi waktu dengan keluarga. Kita hanya di minta, coba lihat jangan makan yang haram, cuma itu aja. Allah belum minta darah kita hadirin. Allah belum minta kita hijrah dari tempat kita… Indonesia enak banget, semua ada.
Coba bandingkan saudara-saudara kita yang ada di belahan dunia yang lain. Mereka bersimpah darah, mereka angkat senjata. Kita, kita cuma di suruh sholat lima waktu, kok gak bisa juga sich? Karena alasannya lagi-lagi dunia, dunia dan dunia lagi. Terlepas itu harta, wanita, jabatan dan tahta, ambisi-ambisi kita tersebut.
Hadirin, kesengsaraan yang paling tragis di dunia itu ibarat surga kalau dibanding neraka Allah.
Oleh karena itu marilah kita renungkan kita hidup di sini hanya berapa lama? Kapan kita kembali kepada Allah E? Dan kita hidup di lingkungan mayoritas muslim. Adzan di komandangkan setiap saat, lalu kita tidak tergugah juga. Saya tidak tahu apakah kita bisa menyampaikan udzur kita di hadapan teman kita ketika pada hari kiamat di hadapan Allah E.
Ini yang perlu kita renungkan. Para-para siksa dunia itu ibarat surga jika kita melihat siksa neraka.