Bagi banyak orang, wali adalah segala-galanya, dan mampu melakukan segala-galanya.
Seakan mereka lupa bahwa kalaupun mereka benar wali, toh tetap saja mereka itu manusia biasa, tidak memiliki apa-apa, bahkan telah terbukti, menyelamatkan nyawanya sendiri dari malaikat Maut saja ndak kuasa. Bahkan sekedar untuk memasukkan jasadnya ke liang lahatnya juga ndak kuasa.
Lebih parah, ketika dimandikan, mereka tak kuasa menutupi auratnya, mereka membiarkan orang-orang melepaskan bajunya, untuk dimandikan, bahkan dibolak dan dibalikkan, lalu dibungkus dengan kain kafan.
Walau demikian, masih saja ada yang meyakini dongeng bahwa wali tuh walaupun sudah dimasukkan ke dalam kubur, para wali tersebut bisa leluasa gentayangan, keluar masuk kuburannya.
Mungkinkah masyarakat mulai menduga bahwa para wali lebih hebat dibanding Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Na’uzubillah min zalika.
Ndak percaya? Baca sendiri deh ayat berikut:
قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا {20} قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا {21} قُلْ إِنِّي لَن يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًا
Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya”. Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan”. Katakanlah: Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya”.
Nampaknya kini kuburan yang berubah fungsi menjadi berhala telah menjamur, ada kuburan yang dijadikan tempat mencari nomer jitu, ada pula untuk mencari jodoh, kekayaan, dan bahkan banyak yang menyuguhkan sesajian ke kuburan-kuburan tersebut.
Mungkinkah kuburan-kuburan itu mulai bernasib serupa dengan kuburan Al Latta da Al Unzza?
Imam Malik meriwayatkan dalam kitabnya Al Muwata’, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
(اللهُّم لاَ تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَناً يُعبَد، اشْتَدَّ غَضَبُ الله عَلَى قَوْمٍ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ)
“Ya Allah! Janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah. Allah sangat murka terhadap kaum yang menjadikan kuburan nabi mereka sebagai masjid”.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Al Lata yang disebutkan dalam Al Qur’an adalah seorang lelaki shaleh yang memiliki rajin membuatkan adonan gandum dicampur minyak samin atau lainnya, untuk disajikan kepada jama’ah haji. Sepeninggalnya, orang musyrikin beri’tikaf di atas kuburannya. Penjelasan serupa juga diutarakan oleh sahabat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma.
Ternyata berhala tuh dahulunya adalah kuburan, atau patung orang-orang sholeeeeeh sekali.
Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى