Urgensi Menjaga Lisan

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.

“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam.”[1]

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk mengatakan yang baik, dan diam dari selainnya. Maka ucapan itu adakalanya suatu kebaikan sehingga seorang hamba diperintahkan untuk mengatakannya, dan adakalanya selain kebaikan maka ia diperintahkan diam darinya.

Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Demi Alloh yang jiwaku ada di tangannya, tidak ada sesuatu pun yang lebih perlu untuk lama dipenjara daripada lisan.”

Beliau juga pernah mengatakan, “Wahai lisan ucapkanlah yang baik maka engkau akan beruntung, dan diamlah dari ucapan yang buruk maka engkau akan selamat, sebelum engkau menyesal.”

Al Hasan pernah berkata, “Tidaklah seseorang dikatakan memahami agamanya jika ia tidak menjaga lisannya.
Dan bahaya paling ringan yang ditimbulkan lisan adalah berbicara yang tidak ada manfaatnya. Cukuplah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penjelas akan bahaya hal tersebut, di mana beliau bersabda :

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ.

“Di antara tanda bagusnya islam seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.”[2]

(Sumber : Risalatun fi Tazkiyatin Nufus min Kalamil Imam Ibnil Qayyim Al Jauziyyah, Susunan Al Qismul ‘Ilmi bi Daril Wathon, Cetakan Pertama 1420 H/1999 M, Darul Wathon lin Nasyr, Riyadh, Hlm. 35-36)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *