Islam memuliakan wanita. Diantara bentuk pemuliaan kepada wanita, Islam mengatur adab bagi wanita dalam bersafar, yang ini dalam rangka menjaga keselamatan dan kehormatan mereka. Diantara adab tersebut adalah wanita tidak boleh bersafar kecuali bersama mahramnya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لا تسافرُ المرأةُ إلَّا معَ ذي محرمٍ ، ولا يدْخُلُ عليها رجلٌ إلا ومعَهَا محرمٌ

“tidak boleh wanita bersafar kecuali bersama mahram, dan tidak boleh ada lelaki yang masuk ke rumahnya kecuali di sana ada mahramnya” (HR. Bukhari – Muslim).

Dari sini para ulama membahas siapa saja yang sah untuk menemani seorang wanita bersafar sehingga larangan tersebut tidak berlaku dan hukumnya menjadi boleh bagi wanita untuk bersafar. Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
1. Orang tersebut adalah mahram bagi Muslimah yang bersafar

Orang yang boleh menemani safar haruslah merupakah mahram bagi Muslimah yang bersafar. Ini jelas dalam hadits di atas. Para ulama mendefinisikan mahram:

المَحرَم هو الزوج وكل من يحرم عليه الزواج من المرأة على التأبيد بنسب أو رضاع أو مصاهرة

“Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi selamanya, baik karena hubungan nasab, persusuan maupun mushaharah (hubungan pernikahan)”

Mengenai siapa saja yang menjadi mahram, silakan simak artikel “Lihatlah Siapa Mahrammu“. Dari yang dimaksud mahram bagi wanita itu pasti laki-laki, juga yang dimaksud mahram bagi laki-laki pasti ia wanita.
2. Baligh

3. Berakal

Syaikh Abdul Azin bin Baz mengatakan:

أدنى سن يكون به الرجل محرماً للمرأة هو البلوغ ، وهو إكمال خمسة عشر سنة ، أو إنزال المني بشهوة ، أو إنبات الشعر الخشن حول الفرج ويسمى العانة . ومتى وجدت واحدة من هذه العلامات الثلاث صار الذكر بها مكلفاً ، وجاز له أن يكون محرماً للمرأة ، وهكذا وجود واحدة من الثلاث تكون بها المرأة مكلفة وتزيد المرأة علامة رابعة وهي الحيض ، والله ولي التوفيق

“Usia minimal seorang lelaki agar bisa dianggap sebagai mahram bagi seorang wanita adalah usia baligh. Yaitu usia 15 tahun atau ketika sudah keluar air mani karena syahwat. Atau dengan tumbuhnya bulu kemaluan yang dinamakan dengan al aanah. Jika terdapat salah satu dari tiga tanda tersebut maka ia menjadi lelaki yang mukallaf dan boleh menjadi mahram bagi si wanita. Demikian juga pada wanita, jika ditemukan salah satu dari tiga tanda tersebut, maka ia menjadi wanita yang mukallaf. Namum bagi wanita ada tambahan satu tanda yaitu haid. Wallahu waliyyut taufiq” [1].

Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “ada sekolah di Mesir yang memfatwakan kepada murid-muridnya bahwa jika seorang lelaki menikah dengan wanita sedangkan lelaki ini memiliki anak-anak dari istri pertama, maka tidak boleh berhaji dengan istri ayahnya yang kedua tersebut. Apakah ini benar?”. Mereka menjawab:

يصلح أولاد الزوج البالغين العاقلين أن يكونوا محرمًا لزوجة أبيهم في السفر للحج وغيره، سواء كانت أمًّا لهم أم ضرة لأمهم

“Anak-anak dari suami yang sah, yang baligh dan berakal, boleh menjadi mahram bagi sang istri untuk bersafar dalam rangka haji atau yang lainnya. Baik wanita tersebut ibu kandung mereka, ataupun ibu tiri”[2].

Faqihul Ummah Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan:

ويشترط أن يكون المحرم بالغاً عاقلاً، فالصغير والمجنون لا يكفيان لجواز السفر معهما. وعلى هذا فإذا لم تجد المرأة محرما لم يجب عليها الحج؛ لأنها لا تستطيع إليه سبيلا

“Disyaratkan mahram itu harus baligh dan berakal. Anak kecil dan orang gila tidak cukup untuk membolehkan safarnya seorang wanita bersama mereka. Oleh karena itu jika seorang wanita tidak bisa mendapatkan mahram baginya maka ia tidak wajib berhaji. Karena ia tidak termasuk orang yang mampu menempuh perjalanan ke baitullah”[3].
4. Muslim 5. Terpercaya dan amanah

Disyaratkan yang menjadi mahram dalam safar adalah orang yang terpercaya dan amanah. Disebutkan dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Durarus Saniyyah:

مَحْرَم المرأة هو زوجها أو من يحرم عليها بالتأبيد بسبب قرابة، أو رضاع، أو صهرية، ويكون مسلماً بالغاً عاقلاً ثقة مأموناً؛ فإن المقصود من المحرم حماية المرأة وصيانتها والقيام بشأنها

“Mahram (safar) bagi seorang wanita adalah suaminya atau orang yang diharamkan untuk menikahinya selamanya karena sebab hubungan rahim, atau persusuan atau shahriyyah (hubungan pernikahan). Dan ia harus Muslim, baligh, berakal terpercaya dan amanah. Karena maksud dipersyaratkannya mahram adalah agar dapat menjaga dan melindungi wanita serta membantu urusan-urusannya”[4].

Maka hendaknya wanita Muslimah bertaqwa kepada Allah dan tidak bersafar tanpa mahramnya, demikian juga tidak bersafar dengan orang yang tidak memenuhi syarat sebagai mahram safar.

Wabillahi at taufiq was sadaad.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *