Nasihat Islami: Tegurlah Dengan Bijak – Ustadz Abdullah Zaen

Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati, setiap penggalan sejarah kehidupan Nabi kita Muhammad E merupakan penggalan yang sangat berharga. Di dalamnya kita bisa memetik begitu banyak pelajaran yang bermanfaat untuk kehidupan kita di dunia ini.

Di antara penggalan tersebut adalah penggalan sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim, kisah ini dituturkan oleh salah seorang sahabat Nabi H yang kecil yang bernama Umar bin Abi Salamah. Umar bin Abi Salamah berkata:

 كنتُ غلامًا في حجْرِ رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ، وكانتْ يدِي تَطِيشُ في الصَّحْفَةِ ، فقالَ لي رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ : ( يا غلامُ ، سمِّ اللهَ ، وكُلْ بيمينِكَ ، وكلْ ممَّا يلِيكَ ) . فما زالت تِلكَ طِعْمَتِي بعدُ

0:52 kuntu ghulaaman fi hijri rosulillah shallallahu 'alai wassalam.

Kata beliau, “Saya adalah seorang anak kecil yang tinggal sesekali di rumah Nabi H“. Karena beliau ikut membantu pekerjaan yang ada di dalam rumah Nabi H. Karena beliau sering tinggal di rumah Nabi H, maka beliaupun juga sering pula makan bersama Nabi H. Kebiasaan orang Arab ketika mereka makan mereka memakai nampan yang besar, kemudian setelah itu mereka makan dua tiga empat orang dalam satu nampan secara bersama-sama.

Ketika sedang suasana makan kata Umar bin Abi Salamah:

وكانتْ يدِي تَطِيشُ في الصَّحْفَةِ

1:44 wa kaanat yadii tathiisyu fil shohfah.

“Dan ketika makan suatu saat tangan saya itu piknik kemana-mana.”

Apa maksudnya piknik kemana-mana? Maksudnya lauk punya tetangganya di ambil juga sama dia dan ini adalah merupakan prilaku yang negatif yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang muslim walaupun dia adalah anak kecil. Ketika seperti itu Nabi H melihat apa yang dilakukan oleh seorang anak kecil Umar bin Abi Salamah. Apa gerangan yang dilakukan oleh Nabi H? Kata Nabi H begitu melihat Umar bin Abi Salamah melakukan sebuah kesalahan, Nabi H berkata:

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ

2:34 Yaa ghulam sammillah wa kul biyaminiika wa kul mimma yadika.

“Wahai anakku (kalau istilah kita “nak”, kalau orang jawa mengatakan “le”, kalau perempuan dikatakan “nduk”) ucapkanlah ‘Bismillah’ sebelum engakau makan dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari makanan yang terdekat denganmu”. HR. Bukhori dan Muslim 5376.

Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari hadits yang mulai ini, di antaranya yang pertama adalah lihatlah bagaimana cara Nabi H menegur kesalahan yang dilakukan oleh anak kecil ini. Kesalahan, siapapun yang melakukan entah itu orang sudah dewasa maupun anak kecil, harus ditegur. Makanya Nabi H tidak mengatakan “ah diakan masih kecil” sebagaimana yang biasa diomongkan oleh sebagian orang pada zaman kita ini “anak kecil salah wajar, biarin aja ntar kalau misalnya sudah gede kan tau sendiri bahwasanya itu salah”.

Ndak, Nabi H melihat apa yang dilakukan oleh Umar bin Abi Salamah adalah sebuah kekeliruan. Maka oleh Nabi H ditegur. Ini pelajaran yang pertama, kesalahan walaupun dilakukan oleh anak kecil perlu untuk ditegur.

Pelajaran berikutnya adalah lihat bagaimana Nabi H menegur. Pertama kali sapaan Nabi H, beliau berkata yaa ghulam (sebagaiamana yang saya katakana tadi) “wahai anakku” atau singkatnya adalah “nak” atau kalau menurut orang jawa adalah “nduk atau le”.

Lihatlah bagaimana Nabi H memanggil Umar bin Abi Salamah dengan panggilan yang begitu elegan, dengan panggilan yang begitu enak didengar ditelinga “yaa ghulam (nak)” berbeda dengan sebagian orang di zaman kita ini yang memanggil anaknya dengan julukan–julukan yang tidak baik yang merendahkan martabat anak itu sendiri. Ini pelajaran yang kedua, tegurlah orang tapi dengan bahasa yang santun, dengan bahasa yang lembut, dengan bahasa yang sopan. Ini pelajaran yang kedua.

Pelajaran yang ketiga adalah ketika Nabi H berkata, lihatlah nasehat Nabi H

سمِّ اللهَ ، وكُلْ بيمينِكَ ، وكلْ ممَّا يلِيكَ

5:10 sammillah wa kul biyaminiika wa kul mimma yadika

“Ucapkanlah bismillah sebelum engkau makan. Makanlah dengan tangan kananmu. Dan makanlah dari makanan yang terdekat denganmu”.

Lihatlah bagaimana nasehat Nabi H sangat simple dan mudah dicerna. Berbeda dengan sebagian orang di zaman kita ini kalau member nasehat bertele-tele panjang lebar sampai orang yang di nasehati bingung ketika ditanya “tadi nasehatnya apa? Ndak tau, bingung saya”.

Karena apa? Karena bahasanya sulit untuk dicerna, sedangkan Nabi kita Muhammad H menyampaikan nasehat dengan bahasa yang begitu ringan, dengan bahasa yang begitu simple sehingga anak kecilpun bisa menerima nasehat Nabi H.

Adapun nasehat yang ke empat yang bisa kita petik dari hadits Nabi H ini adalah bagaimana Nabi H tidak menegur secara fulgar. Kesalahan anak kecil ini apa? Dia makan dari makanan yang jauh dari posisi dia. Nasehat Nabi H disampaikan, diletakkan oleh Nabi H yang kaitannya langsung dengan kesalahan Umar bin Abi Salamah di point yang ketiga.

Pertama Nabi berkata ucapkanlah basmalah, kemudian nasehat yang kedua makanlah dengan tangan kananmu, kemudian nasehat yang ketiga baru kaitannya dengan inti kesalahan Umar bin Abi Salamah. Dari sini kita bisa ambil kesimpulan bahwasanya seorang da’i atau seorang ayah atau seorang ibu atau siapapun juga yang ingin menegur orang lain hendaklah dia memperhatikan bagaimana kondisi kesiapan orang yang akan dinasehati.

Nabi H mempersiapkan kondisi psikologis Umar bin Abi Salamah, tidak langsung Nabi H menegur “Eh..Umar bin Abi Salamah salah kamu, seharusnya kamu itu makan dari makanan yang terdekat” nggak, Nabi H pertama kali menasehati dengan nasehat yang barangkali tidak ada kaitannya langsung dengan kesalahan Umar bin Abi Salamah.

Adab-adab makan, Umar bin Abi Salamah mungkin juga tau adab-adab tersebut. Makan baca bismillah, kemudian makan dengan tangan kanan Umar bin Abi Salamah tau. Tapi Nabi H ingin mempersiapkan kondisi hati psikologisnya Umar bin Abi Salamah sehingga saat itu Umar bin Abi Salamah menerima nasehat itu dalam keadaan dia sudah siap untuk menerimanya.

Maka ketika Nabi H menyampaikan nasehat itu dengan nasehat yang begitu baik, yang begitu elegan apa dampaknya? Kata Umar bin Abi Salamah:

فما زالت تِلكَ طِعْمَتِي بعدُ

8:18 famaa zaalat tilka thi'matii ba'du.

“Setelah kejadian itu, maka aku selalu makan dengan cara yang di ajarkan oleh Nabi kita Muhammad H.”

Inilah sepenggal kisah dari kehidupan Nabi H yang bisa kita gali pelajaran yang ada di dalamnya dan pasti masih banyak penggalan-penggalan sejarah kehidupan Nabi H yang lainnya yang bisa kita ambil mutiara yang terkandung di dalamnya.

Semoga kita termasuk orang-orang yang benar-benar menjadikan Nabi H sebagai suri tauladan kita. Wallahu ta’ala a’la wa’alam.

Terimakasih atas perhatiannya, mohon ma’af atas segala kekurangannya.

Tentang Administrator Mahad

Cek Juga

KOK BERAT..?

Bulan ramadhan adalah bulan yang dilipat-gandakan amal.. Namun sebagian orang merasa berat untuk melaksanakan amal …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *